Kemenangan Eramas Harus Dikawal, Golput Picu Kecurangan

oleh -8 views
Ketua KNPI Sumut, Sugiat Santoso

MEDAN | Kemenangan Edy Rahmayadi-H. Musa Rajeckshah (Eramas) harus dikawal dengan cara seluruh masyarakat Sumut menggunakan hak suaranya di Pemilihan Gubernur Sumut (Pilgubsu) 27 Juni. Kemenangan Eramas adalah kemenangan seluruh masyarakat Sumut.

Hal itu dikatakan Sugiat Santoso Wakil Ketua Tim Kampanye Eramas yang juga Ketua DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sumut, Senin (25/6).

Menurut Sugiat, kemenangan Eramas ditentukan dari adanya kesadaran masyarakat untuk menggunakan hak suaranya di Pilgubsu nanti. Kita harus memilih, sebab jika kita tidak ambil andil dalam Pilgubsu ini, maka potensi kecurangan di Pilgubsu besar terjadi.

“Potensi kecurangan berupa penggelembungan suara, money politik, dan mobilisasi masyarakat di hari H pencoblosan itu besar terjadi. Namun jika kita semangat dan menggunakan hak pilih kita, maka tentu kita akan mempersempit ruang gerak mereka untuk melakukan kecurangan,” tandasnya.

Menurut Sugiat, semangat ini harus kita bangun, agar kesadaran itu tumbuh demi kemenangan bersama masyarakat Sumut. Jika kekuatan ini terus kita perkuat, maka Inshaa Eramas akan menang di Pilgubsu 27 nanti.

Sementara itu, Dr. Arifin Saleh Siregar Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) mengatakan, hampir seluruh lembaga survey baik tingkat Nasional maupun lokal menyatakan Eramas menang di Pilgubsu 27 Juni nanti.

Latarbelakang pasangan calon (Paslon) Eramas diyakini menjadi variabel penentu mengapa Eramas menang diberbagai hasil survey.

Menurut Arifin, ada berbagai variabel yang membuat Eramas memang di berbagai lembaga survey. Mulai dari variabel latarbelakang paslon, Partai Politik pengusung, soliditas tim, isu politik nasional, dan politik identitas.

“Tapi variabel latarbelakang lebih dominan mempengaruhi kemenangan Eramas dari hasil berbagai lembaga survey,” tandasnya.

Arifin menjelaskan, variabel latarbelakang tersebut adalah variabel yang menjelaskan darimana asal paslon tersebut, dari partai apa mereka diusung, berapa lama dia beraktifitas di Sumut, dan bagaimana masyarakat Sumut mengenalnya.

Dari beberapa lembaga survey, variabel ini yang membuat Eramas menang. Variabel ke dua yang juga menjadi penentu adalah variabel politik identitas.

“Siapa yang bisa menyangkal kalau Eramas itu adalah Muslim – Muslim, sementara Djoss itu adalah pasangan pelangi. Karena pilihannya sudah jelas, maka politik identitas tidaklah suatu hal yang dapat terbendung, mengingat realitas nya masyarakat dihadapkan hanya pada dua pilihan. Mau pilih Eramas yang muslim muslim atau Djoss yang pelangi, muslim – non muslim. Selain itu, isu politik impor juga masih menggelinding sampai saat ini menjelang Pilgubsu,” tandasnya.

Arifin juga melihat bahwa sudah muncul frame di masyarakat bahwa pertarungan Pilgubsu ini adalah pertarungan antara paslon koalisi keagamaan dengan koalisi kebhinekaan. Jadi bias dari isu politik nasional pun juga suatu hal yang tidak dapat terbendung.

Arifin mengatakan, survey itukan sebuah alat pendeteksi siapa yang akan menang, dan proses kerja survey itu adalah kerja kerja ilmiah yang bisa dipertanggung jawaban secara ilmiah.

Oleh sebab itu, wajar jika masyarakat hari ini berasumsi bahwa Eramas lah yang akan menang di Pilgubsu 27 Juni nanti. “Sebagai seorang akademisi, tentu saya percaya dengan hasil kajian kajian ilmiah tersebut, dan percaya pada 27 Juni nanti Eramas akan menang merujuk dari berbagai hasil lembaga survey nasional,” tandasnya. rel