EKONOMI

Atasi Pengangguran, RI Butuh Pertumbuhan Ekonomi 6 Persen

JAKARTA-koranmonitor | Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) periode 2015-2020, Halim Alamsyah menuturkan Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen untuk mengentaskan masalah kemiskinan.

Per Agustus 2020 lalu, jumlah pengangguran di Indonesia tembus 9,77 juta karena pandemi Covid-19.

“Indonesia minimal harus tumbuh 6 persen, baru kita bisa mengurangi pengangguran nyata, kalau di bawah 6 persen kita masih akan berhadapan dengan pengangguran,” ujarnya dalam diskusi Ekonomi dan Demokrasi, Sabtu (1/5/2021).

Ia menuturkan setiap tahunnya ada tambahan angkatan kerja baru di Indonesia sebesar 3,5 juta hingga 4 juta orang.

Karenanya, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen untuk menyerap angkatan kerja baru itu, sedangkan 1 persen untuk menyerap pengangguran eksisting.

Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, ia menilai pemerintah juga perlu terus mendorong pemberian bantuan sosial sebagai bantalan bagi perekonomian akibat bertambahnya pengangguran.

“Memang pertumbuhan ekonomi yang tinggi bukan merupakan resep yang akan selesaikan masalah seluruhnya. Namun, pertumbuhan ekonomi kita perlukan untuk bisa menyerap pertambahan tenaga kerja,” ujarnya.

Sejalan dengan itu, ia menyatakan pemerintah harus memperbaiki rasio perpajakan (tax ratio) di Indonesia lantaran masih rendah yakni di rentang 10 persen-11 persen.

Ini tertinggal dari sejumlah negara tetangga seperti Filipina yang sebesar 17 persen-18 persen, maupun negara-negara Eropa yang sudah mencapai 41 persen.

Sebab, pajak merupakan komponen utama yang membiayai APBN. Sementara, saat ini APBN masih bekerja keras untuk membiayai penanganan Covid-19 sehingga mengalami defisit hingga Rp956,3 triliun sepanjang 2020 lalu. Angka tersebut setara 6,09 persen dari produk domestik bruto (PDB).

“Ini terkait dengan demokrasi, kemampuan sebuah negara dalam mengambil atau memobilisasi dana dari masyarakat itu akan tercermin dari kemampuan negara mengambil pajak,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ekonom Senior Faisal Basri menuturkan kesejahteraan masyarakat Indonesia masih rendah.

Ia mencatat sebanyak 52 persen masyarakat Indonesia hidupnya rentan jatuh pada jurang kemiskinan.

“Artinya, kalau ada apa (ekonomi dan politik) sedikit saja langsung dia miskin kembali,” kata Faisal.

Angka tersebut terpaut jauh dari negara tetangga seperti Malaysia sebesar 3 persen maupun Thailand yang berada di posisi belasan persen.

Sementara itu, BPS mengungkapkan jumlah penduduk miskin di Indonesia tembus 27,55 juta pada September 2020. Jumlah itu membuat tingkat kemiskinan mencapai 10,19 persen dari total populasi nasional.KM-red/cnn

admin

Recent Posts

Badko HMI Sumut Apresiasi Kejati Sumut Atas Penerimaan Kunjungan dan Komitmen Penegakan Hukum

koranmonitor - MEDAN | Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (BADKO HMI) Sumatera Utara melalui Ketua…

56 tahun ago

Pj. Sekdako Chairin Dukung Penyelenggaraan UKW di Kota Binjai Pada Tahun Mendatang

koranmonitor - BINJAI | Pj. Sekdako Binjai Chairin F Simanjuntak menyambut hangat audiensi PWI dan…

56 tahun ago

KNPI Binjai Gelar Simposium Pemuda dan Konsilidasi Akbar

koranmonitor - BINJAI | Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Binjai, yang di ketuai Ibrahim…

56 tahun ago

Rico Waas Tegaskan Progres Tingkatkan PAD Harus Dikejar Sampai Akhir Tahun

koranmonitor - MEDAN | Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas menegaskan, apa yang menjadi…

56 tahun ago

Wagub Sumut dan BAP DPD RI Bahas Penyelesaian Konflik Agraria

koranmonitor - MEDAN | Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Surya menerima kunjungan kerja (Kunker)…

56 tahun ago

Ketua TP PKK Kota Medan Pimpin Rapat Persiapan Rakernas XVIII APEKSI

koranmonitor - MEDAN | Pemerintah Kota (Pemko) Medan terus memantapkan berbagai persiapan jelang penyelanggaraan Rapat…

56 tahun ago