koranmonitor – MEDAN | Kalau berjalan-jalan di Kota Medan, dahulu tentunya banyak melihat hotel yang sangat familiar di telinga masyarakat. Namun sekarang banyak dari hotel tersebut yang sudah tidak beroperasi lagi.
Ternyata pemicu utama dari penutupan sejumlah hotel tersebut adalah, pelanggan atau pengguna jasa hotel yang “berevolusi”.
Pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin mengatakan, saat ini banyak pengguna jasa hotel yang lebih memilih hotel dengan budget yang bersahabat. Namun dengan fasilitas infrastruktur serta dukungan tampilan hotel yang representatif. Atau bahasa gaulnya itu instagrammable.
“Kita ambil contoh sejumlah hotel kelas menengah (bintang tiga) yang ada di sekitar jalan SM Raja Medan, dan kita ambil satu sampel hotel bintang tiga di jalan Pattimura Medan,” sebut pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara, melalui keterangan tertulisnya, Senin (17/7/2023).
Dikatakannya, Hotel di Jalan Pattmura ini mampu menghadirkan desain interior, fasilitas pendukung hingga tampilan hotel yang serba kekinian. Interior dan eksterior serta fasilitasnya di upgrade mengikuti perkembangan zaman.
Sementara pelanggannya bisa mengambil banyak spot yang bisa ditampilkan pada media sosial. Dimulai dari koridor ruangan, kamar, kolam renang, hingga banyak area lainnya.
“Itulah tipikal dari konsumen hotel saat ini. Jauh berbeda jika dibandingkan dengan 10 atau 15 tahun silam. Dimana peran media sosial belum begitu mendominasi, dalam tatanan kehidupan masyarakat,” ujarnya.
Di situasi sekarang ini, media sosial bisa menjadi alat marketing gratisan yang bisa mendukung kinerja sebuah hotel. Ya walaupun ada sisi negatifnya, akan tetapi sebaiknya pihak manajemen hotel memanfaatkan peran media sosial tersebut sebagai senjata untuk memperbaiki kinerja.
Pada dasarnya hotel kelas menengah yang tutup bisa dihidupkan kembali. Tentunya jika ada keinginan besar dari pemilik untuk melakukan perubahan mendasar. Kalau hotel bintang lima pada dasarnya sudah matang dalam menghadirkan layanan yang up to date atau kekinian.
Meski demikian tetap bisa ditemukan hotel bintang lima yang baru-baru ini melakukan perbaikan, demi menjadi hotel yang mampu memberikan pelayanan sesuai permintaan zaman.
“Hotel kelas menengah di Kota Medan saat ini hanya memiliki dua pilihan. Upgrade atau downgrade ke level hotel low budget. Hotel yang cenderung tidak mengambil sikap berpeluang untuk ditinggalkan oleh konsumennya. Pada dasarnya pangsa pasar cukup tersedia untuk semua segmen. Terlebih segmen hotel kelas menengah ke bawah (low budget),” tambahnya.
Hanya saja bangkit dari keterpurukan pasca pandemi ini bukan perkara mudah. Saya sangat yakin jika bisnis perhotelan membaik, yang biasanya beriringan dengan pulihnya sektor pariwisata maupun akivitas bisnis dan daya beli masyarakat.
“Maka para pengusaha perhotelan akan menggunakan sumber dayanya, untuk memperbaiki infrastruktur yang kelelahan hingga manajemen hotelnya,” ungkapnya.KM-red