KINERJA pasar keuangan selama sepekan ke depan masih belum akan diwarnai dengan banyak agenda ekonomi. Selama sepekan ke depan, sentimen akan lebih banyak digerakkan oleh data ekonomi dari AS.
Seperti indeks manufaktur dan non manufaktur, serta data ketenaga kerjaan diluar sektor pertanian. Semuanya data tersebut diproyeksikan akan memburuk. Sehingga bisa membuat pasar keuangan di tanah air, merespon positif kabar tersebut.
Sementara itu, di awal pekan ini akan ada rilis inflasi oleh BPS. Dimana laju tekanan inflasi secara tahunan diperkirakan akan mengalami penurunan dari posisi bulan februari yang sebesar 5.47%. Rilis data inflasi tersebut diyakini tidak akan banyak memberikan pengaruh, pada kinerja pasar keuangan di tanah air.
IHSG yang pada perdagangan akhir pekan kemarin ditutup di level 6.805, akan berpeluang bergerak dalam rentang 6.750 hingga 6.835 di pekan ini. Sementara itu, mata uang rupiah yang pada akhir pekan kemarin dikisaran Rp14.990 per US Dolar, diperkirakan masih akan bergerak stabil dengan potensi bergerak dalam rentang Rp14.975 hingga Rp15.050.
Akan tetapi, minimnya data pada pekan ini bukan berarti pasar keuangan akan selamat dari tekanan kejutan, yang diakibatkan oleh isu kebangkrutan perbankan di banyak Negara. Sejauh ini, isu tersebut bisa saja menjadi kabar buruk, yang setiap saat dapat merubah pergerakan pasar. Karena pada dasarnya pasar keuangan akan di hantui oleh kebangkrutan banyak perbankan di Negara lain.
Sementara itu, harga emas diperkirakan akan stabil dalam rentang $1.950 hingga $1.990 per ons troy nya. Kinerja harga emas diyakini tidak akan banyak berubah seiring dengan minimnya sentimen pasar selama sepekan ini. Dan kabar kebangkrutan bank yang kalau kian mencuat dalam sepekan ke depan, maka ini akan jadi kabar baik buat emas untuk terus menguat.(penulis: Gunawan Benyamin, pengamat ekonomi Sumut dari Universitas Islam Sumatera Utara)