Ilustrasi.
koranmonitor – MEDAN | Nilai tukar Petani (NTP) di Sumatera Utara (Sumut) masih mengalami tekanan, seiring dengan memburuknya sejumlah harga komoditas pangan hortikultura dan tanaman perkebunan.
Namun untuk NTP produk peternakan seperti daging ayam dan telur ayam, justru alami kenaikan. Termasuk juga NTP untuk tanaman pangan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, nilai tukar petani di Sumut pada bulan April mengalami koreksi sebesar 1.17% di level 1.369,53.
Bahkan untuk tanaman hortikultura, nilai tukar petani di Sumut pada bulan Mei turun 5.76% di level 89.25. “Saya menilai komoditas cabai merah yang paling dominan menekan penurunan NTP tanaman hortikultura. Dimana cabai (merah/hijau hingga rawit) anjlok dikisaran Rp18 ribu hingga Rp27 ribu per Kg pada bulan Mei kemarin,” sebut Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin.
Demikian halnya dengan penurunan harga TBS, yang berada dalam rentang Rp2.200 hingga Rp2.700 per Kg di bulan Mei.
“Penurunan harga TBS tersebut memicu terjadinya penurunan NTP tanaman perkebunan sebesar 1.96% di level 189.72. Yang mengalami kenaikan adalah NTP peternakan sebesar 1.01% di level 93.63 pada bulan Mei. Tercermin dari kenaikan harga daging ayam yang sempat menyentuh Rp28 ribu per Kg pada bulan April, naik dikisaran Rp30 ribu hingga Rp32 ribu per Kg pada bulan Mei,” sebutnya dalam keterangan tertulis, Selasa (10/6/2025).
Sayangnya sekalipun naik, NTP peternakan justru belum mampu naik di atas level 100. Selanjutnya ada kenaikan pada NTP tanaman pangan sebesar 1.56% di level 102.72. Kenaikan NTP tersebut terjadi disaat harga gabah alami kenaikan pada bulan Mei. “Salah satu pemicu meningkatnya NTP tanaman pangan juga didorong oleh penyerapan Bulog sesuai dengan harga acuan pemerintah sebesar Rp6.500 per Kg untuk GKP (gabah kering panen),” ujarnya.
Sekalipun terjadi kenaikan NTP pada bulan Mei untuk sektor peternakan dan tanaman pangan. Namun tidak semua peternak atau petani menikmatinya. Karena untuk produk peternakan seperti daging ayam, justru terjadi penurunan produksi harian di bulan Mei sekitar 25% dibandingkan dengan produksi rata-rata kuartal pertama 2025.
Selanjutnya, untuk tanaman pangan yang didominasi oleh tanaman padi. NTP naik disaat Sumut tidak memasuki musim panen raya. Walaupun tetap ada petani yang memanen tanaman padi. Secara keseluruhan, daya beli petani di Sumut kian merosot seiring dengan melemahnya NTP petani selama bulan Mei. Dan pada bulan Juni diproyeksikan stagnan dengan kecenderungan naik tipis.
Memburuknya NTP Petani maupun Peternak di Sumut tidak bisa dilepaskan dari melemahnya belanja masyarakat belakangan ini. NTP yang turun juga tercermin oleh deflasi yang terjadi selama bulan Mei sebelumnya. Ada peluang dimana harga akan kembali naik karena dipicu penurunan produksi akibat dari melemahnya kemampuan petani untuk bercocok tanam. Terlebih harga jual produk pertanian yang dibawah harga keekonomian atau bahkan di bawah HPP dalam dua bulan terakhir. KMC
koranmonitor - MEDAN | Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyampaikan perayaan pada peringatan Hari Bhayangkara…
koranmonitor - MEDAN | Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) mengimbau seluruh kantor-kantor pemerintah dan swasta…
koranmonitor - BINJAI | Dalam rangka upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dan menciptakan situasi kamtibmas yang…
koranmonitor - MEDAN | Kapolda Sumut, Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto memberikan penghargaan kepada sejumlah…
koranmonitor - MEDAN | Pasca Kadis PUPR Sumut, Topan Obaja Putra Ginting tertangkap tangan (OTT)…
koranmonitor - MEDAN | Kapolda Sumut, Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto menyampaikan permohonan maaf kepada…