EKONOMI

IHSG dan Rupiah Kompak Melemah, Selanjutnya Fokus Pasar Tertuju Pada BI

BURSA di asia ditutup beragam namun tidak beranjak jauh dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Padahal rilis data pertumbuhan ekonomi China sedikit diatas ekspektasi sebelumnya.

Dimana pertumbuhan ekonomi China di kuartal ketiga merealisasikan angka 4.9% YoY, atau lebih baik dari ekspektasi sebelumnya 4.4%.

Sayang membaiknya rilis data pertumbuhan ekonomi China justru tidak memberikan dampak yang besar terhadap pemulihan kinerja pasar saham di Asia secara signifikan.

IHSG yangs selama sesi perdagangan hari ini sempat menembus 6.968 berbalik arah, dan ditutup turun 0.17% di level 6.927,91. Pelaku pasar kembali dihantui kenaikan imbal hasil yield obligasi AS tenor 10 tahun (US Treasury), yang kembali naik menyentuh 4.887%.

Pelaku pasar kembali dihantui kemungkinan kenaikan bunga acuan. Dimana investor lebih memilih US Treasury yang memicu tekanan pada pasar saham. Kenaikan imbal hasil US Treasury tersebut juga memicu penguatan US Dolar terhadap sejumlah mata uang di Asia. Namun khusus untuk mata uang Yuan China pada hari ini ditransaksikan menguat terhadap US Dolar.

Sementara mata uang rupiah, meskipun sempat mengalami penguatan pada sesi perdagangan pagi. Berbalik melemah dan ditutup turun di level Rp15.725 per US Dolar. Kinerja mata uang rupiah jug masih akan diuji dengan agenda besar dari Bank Indonesia (BI), yang akan menetapkan besaran bunga acuannya pada perdagangan besok.

Sejauh ini, ekspektasi yang berkembang adalah bahwa bunga acuan Bank Indonesia diperkirakan akan tetap sama. Jika terjadi kenaikan pada bunga acuan Bank Sentral AS di bulan depan, maka selisih besaran bunga acuan BI dangan The FED akan kian menipis. Meski demikian belum bisa dipastikan perbedaan bunga acuan tersebut, akan memicu terjadinya pelemahan pada mata uang rupiah.

Sejauh ini rupiah lebih cenderung melemah manakala ada potensi kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS atau The FED. Dan disaat BI menetapkan besaran bunga acuan yang tidak berubah, justru Rupiah sebelumnya mampu menguat terhadap mata uang US Dolar.

Sedikit berbeda dengan harga emas saat ini, konflik yang berlangsung justru masih menjadi katalis penguatan harga emas yang pada sore ini ditransaksikan naik di level $1.945 per US Dolar. (Penulis: Gunawan Benjamin, Pengamat Ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara)

admin

Recent Posts

Santri di Medan Selayang Diduga Dianiaya Teman, Alami Trauma Berat

koranmonitor - MEDAN | Seorang santri di salah satu pesantren kawasan Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan,…

3 jam ago

Debitur PT Bank Sumut Ditahan Kasus Korupsi Penyimpangan Pemberian Kredit Rp1,6 Miliar

koranmonitor - MEDAN | Tim Pidana Khusus (Pidsus) Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejati Sumut) melakukan…

5 jam ago

Kuasa Hukum Ketua DPRD Sumut: Laporan Ini Demi Martabat Sebagai Perempuan, Bukan Anti-Kritik

koranmonitor - MEDAN | Kuasa hukum Ketua DPRD Sumut, Erni Ariyanti, menegaskan laporan yang dilayangkan…

5 jam ago

Jelang Keputusan Bunga Acuan BI, Rupiah dan Harga Emas Turun

koranmonitor - MEDAN | Pada hari ini pelaku pasar akan menanti kebijakan suku bunga cuan yang…

5 jam ago

Pertemuan Putin dan Zelensky Mulai Direncanakan, Tempatnya Masih Rahasia

koranmonitor | Gedung Putih mengatakan saat ini tengah direncanakan pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin…

6 jam ago

Muncul Usulan agar BP Haji Jadi Kementerian Sendiri

koranmonitor - JAKARTA | Di tengah revisi Undang-Undang (UU) Haji mencuat usulan agar Badan Penyelenggara…

7 jam ago