Inflasi Diproyeksikan Turun, IHSG dan Rupiah Hingga Emas Akan Bergerak Sideways

oleh

SETELAH suku bunga acuan Bank Sentral AS atau The FED dinaikkan, pada dasarnya tidak ada perubahan yang mendasar pada kinerja pasar keuangan di tanah air. Karena The FED sendiri masih membuka peluang kenaikan bunga acuan pada bulan September mendatang. Dan terus memberikan penekanan bahwa belum ada kemungkinan untuk menurunkan bunga acuan dalam waktu dekat.

Disisi lain, ekonomi China juga mengalami perlambatan. Dan sayangnya laju pertumbuhan ekonomi China diproyeksikan hanya akan mampu tumbuh 4% di masa-masa mendatang. Sehingga motor penggerak ekonomi global mengalami perlambatan yang serius, dan sulit untuk digenjot diatas 7%. Dan kemungkinan kenaikan bunga acuan global ditambah dengan perlambatan ekonomi global, memberikan gambaran bahwa pasar saham masih sulit untuk mencetak rekor baru.

IHSG sendiri masih kesulitan untuk bergerak naik dan terbelenggu dalam kisaran tertentu. Selama sepekan ke depan, IHSG diproyeksikan masih akan bergerak sideways, dalam rentang 6.830 hingga 6.930. Dimana data inflasi pada hari selasa akan menjadi data penting yang akan menggerakkan pasar. Namun untuk data inflasi di tanah air, diproyeksikan akan turun menjadi 3.1% YoY pada bulan juli.

Selain data inflasi di tanah air, akan ada banyak rilis data penting dari luar. Seperti kinerja indeks manufaktur dari AS dan China, dimana indeks manufakturnya akan merilis angka yang lebih baik, namun tidak akan menjadi penggerak pasar. Dan menjelang penutupan akhir pekan nantinya, rilis data ketenaga kerjaan di AS serta tingkat pengangguran akan menjadi motor penggerak pasar selanjutnya.

Namun yang perlu dicatat adalah bahwa sekalipun rilis data tersebut membaik atau memburuk, keduanya belum akan mampu merubah arah pasar dengan kenaikan atau penurunan yang besar. Sehingga gejolak di pasar masih akan terjadi apapun hasilnya. Data pengangguran akan memberikan pengaruh pada ekspektasi perubahan bunga acuan.

Penurunan tingkat pengangguran bisa membuat mata uang US Dolar melemah, dan bisa mendorong penguatan mata uang rupiah. Dan saya melihat rilis data pengangguran AS nantinya masih akan sama dibandingkan dengan tingkat pengangguran di bulan sebelumnya. Sehingga rupiah diproyeksikan masih akan bergerak dalam rentang Rp14.950 hingga Rp15.150 per US Dolar.

Disisi lain, harga emas diproyeksikan akan bergerak dalam rentang $1.930 hingga $1.970 per US Dolar. Emas masih belum mampu menemukan momentum penguatan dalam waktu dekat. Karena US Dolar sendiri masih memiliki ruang untuk menguat dan siap menekan kinerja harga emas nantinya.(Penulis: Gunawan Benjamin, Pengamat Ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara)