koranmonitor – MEDAN | China pada hari ini merilis indeks harga konsumen, dimana secara tahunan China mengalami deflasi sebesar 0.4% pada bulan agustus.
Angka deflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada bulan sebelumnya sebesar 0.2% secara tahunan. Kenaikan deflasi di China mengindikasikan bahwa ekonomi China tengah menuju perlambatan yang kian memburuk.
Meski demikian bursa saham di China terpantau masih mampu ditransaksikan menguat, bersamaan dengan mayoritas bursa asia lainnya. Sementara IHSG pada sesi pembukaan perdagangan menguat di level 7.682.
“IHSG yang dalam dua hari terakhir sempat alami tekanan setelah kebijakan reshuffle kabinet, pada hari ini berpeluang untuk ditransaksikan di zona hijau,” sebut Pengamat Keuangan Sumut Gunawan Benjamin melalui keterangan tertulisnya, Rabu (10/9/2025).
Dikatakannya, dari tanah air pelaku pasar tengah menanti rilis daya indeks kepercayaan konsumen maupun penjualan ritel yang akan menjadi penggerak pasar.
“Selanjutnya, sejumlah indikator keuangan AS seperti imbal hasil US Treasury dan USD Index terpantau bergerak mendatar pada perdagangan hari ini. Yang memberikan ruang bagi mata ruang bagi mata uang Rupiah untuk menguat,” ujarnya.
Potensi penguatan Rupiah terlihat setelah sehari sebelumnya Rupiah diperdagangkan pada zona merah. Rupiah pada perdagangan pagi ini terpantau stabil dengan kecenderungan menguat dikisaran level 16.460 per US Dolar.
“Disisi lain harga emas dunia ditransaksikan melemah tipis ke level $3.633 per ons troy, atau sekitar 1.93 juta per gram,” tutupnya. KMC