PENGUATAN kinerja mata uang rupiah memang terlihat sejak memasuki awal tahun 2023 ini. Rupiah di kuartal pertama sempat menguat dibawah Rp15.000 per US Dolar. Selama tahun 2022, Rupiah sempat ditransaksikan dikisaran harga Rp14.240 per US Dolar (kuartal I 2022), dan sempat melemah mendekati Rp15.800 per US Dolar di bulan desember kemarin.
Pelemahan rupiah sepanjang tahun 2022 tidak terlepas dari kebijakan moneter ketat, yang diambil oleh Bank Sentral AS atau The FED. Dimana The FED menaikkan bunga acuan dari semula yang nyaris 0%, menjadi 5% dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Dan terakhir The FED Fund Rate dinaikkan adalah pada bulan maret kemarin, yang dibarengi dengan krisis sejumlah perbankan di AS.
Kalau melihat tren kinerja mata uang Rupiah, penguatannya itu terjadi setelah kabar kebangkrutan perbankan di AS pada tanggal 10 maret yang lalu. Dimana pada tanggal 10 maret rupiah sempat ditransaksikan dikisaran level Rp15.500 per US Dolar. Setelah itu, Rupiah terus melanjutkan tren penguatan hingga hari ini. Dimana rupiah ditransaksikan di kisaran level Rp14.720 per US Dolarnya.
Penguatan rupiah ini dibarengi dengan ekspektasi, dimana Bank Sentral AS diperkirakan tidak akan agresif menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi. Hal ini lebih dikarenakan bahwa sektor perbankan AS mengalami kebangkrutan akibat kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan The FED dalam setahun terakhir.
Meskipun pada dasarnya tantangan yang dihadapi Bank Sentral AS masih pada inflasi, namun disisi lain menjaga pertumbuhan ekonomi ditambah menjaga stabilitas sistem keuangan membuat ekspektasi kenaikan suku bunga masih tetap terdengar. Sejauh ini saya tidak melihat bahwa The FED benar benar akan berhenti menaikkan suku bunga, atau setidaknya menaikkan suku bunga acuan sekali lagi.
Karena pada dasarnya target pengendalian inflasi di AS masih jauh dari harapan. Dimana targetnya 2% namun secara YoY pada maret kemarin inflasi mereka masih berada di 5%. Sementara itu, krisis perbankan AS diperkirakan masih akan berlanjut. Dan AS sendiri juga akan menghadapi tantangan berat, dimana Resesi ekonomi diperkirakan akan menghantam ekonomi AS di tahun ini.
Bagi rupiah ini tentunya sebuah keuntungan untuk melanjutkan tren penguatan. Meskipun posisi rupiah saat ini sudah sangat kuat terhadap US Dolar. Akan tetapi saya menilai bukan tidak mungkin rupiah akan mencoba mendekati level Rp14.500 dalam jangka pendek. Sejauh ini ekspektasi mengenai kemungkinan kenaikan bunga acuan The FED yang meredup menjadi salah satu katalis bagi penguatan rupiah kedepan.
Namun upaya untuk menarik devisa yang terparkir di Negara lain harus tetap berjalan yang dibarengi, dengan kebijakan makro prudensial lainnya. Kita belum bisa sepenuhnya berpijak pada kemungkinan bahwa Bank Sentral AS benar benar telah berhenti menaikkan bunga acuan.
Masih ada banyak ketidakpastian yang bisa merubah arah kebijakan dari sisi moneter maupun fiskal ke depan. Dan kita tetap harus berhati hati.(Penulis: Gunawan, Pengamat Ekonomi Sumut dari Universitas Islam Sumatera Utara)
koranmonitor - MEDAN | Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas menegaskan, Pemerintah Kota…
koranmonitor - MEDAN | Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, mengukuhkan Pasukan Pengibar…
koranmonitor - MEDAN | Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Muhammad Bobby Afif Nasution, resmi melantik lima…
koranmonitor - PANCUR BATU | Kuasa hukum Notrianta Sebayang, Wilter Sinuraya menyindir, upaya mengintervensi tuntutan…
koranmonitor - MEDAN | Wali Kota Medan, Rico Waas, memberikan dukungan penuh terhadap langkah tegas…
koranmonitor - DELI SERDANG | Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumatera Utara (Sumut) menggerebek sebuah tempat…