Manufaktur China Terkontraksi, Rupiah Masih Bertahan di Zona Hijau

koranmonitor – MEDAN | Rilis data indeks kepercayaan konsumen Amerika Serikat (AS) turun lebih dalam, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya.

Menurut Pengamat Keuangan Sumut Gunawan Benjamin, data indeks kepercayaan konsumen berada di level 86 pada bulan Maret, lebih rendah dibandingkan dengan realisasi bulan Februari di level 93.9. Namun, pasar saham di AS tidak merespon negatif data tersebut, karena menteri perdagangan AS mengatakan sejumlah kesepakatan dagang telah tercapai antara AS dengan sejumlah negara.

Sementara itu, pada hari ini China merilis data manufaktur yang mengalami kontraksi, seiring dengan memanasnya perang dagang. “Data manufaktur China (Manufacturing PMI) turun menjadi 49 pada bulan April, lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada bulan Maret yang masih berada dalam jalur ekspansi di level 50.5,” sebutnya dalam. Keterangan tertulisnya.

Penurunan indeks manufaktur China bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan di Asia. Beruntungnya, mayoritas bursa saham di Asia sejauh ini bergerak mendatar, dengan kecenderungan menguat pada sesi perdagangan pagi.

IHSG juga ikut dibuka menguat tipis di level 6.755 pada sesi pembukaan perdagangan. Disisi lain, kinerja mata uang rupiah juga ditransaksikan menguat pada perdagangan hari ini.

“Rupiah ditransaksikan menguat di level Rp16.705 per US Dolar, seiring dengan melemahnya imbal hasil US Treasury 10 tahun di kisaran level 6.16% pagi ini. Ditambah dengan kinerja USD index yang relatif stagnan di kisaran level 99.26. IHSG berpeluang bergerak dalam rentang 6.720 hingga 6.780 pada perdagangan hari ini. Sementara mata uang Rupiah berpeluang ditransaksikan dalam rentang Rp16.670 hingga Rp16.750 per US Dolar di sesi perdagangan hari ini,” jelasnya.

Terpisah, harga emas dunia ditransaksikan stabil dengan kecenderungan melemah di level $3.311 per ons troy. Atau harga emas ditransaksikan turun dikisaran angka 1.79 juta per gram. KMC