Pasar Keuangan Diselimuti Ketidakpastian, Bursa Saham dan Harga Emas Masih Volatile

oleh
Sepekan ke Depan, Prahara Ekonomi AS Akan Jadi Kabar Buruk Bagi IHSG dan Rupiah
Gunawan Benyamin

PERDAGANGAN di pekan ini atau dalam sepekan ke depan, pasar keuangan domestik pada dasarnya lebih berpeluang untuk bergerak di teritori positif dibandingkan dengan kinerjanya di pekan yang lalu.

Setidaknya jika dilihat dari sejumlah rilis data ekonomi selama sepekan ke depan yang terbilang minim. Dari tanah air data neraca perdagangan di proyeksikan kembali mencatatkan surplus.

Dan surplus neraca perdagangan tanah air masih dipicu oleh penurunan kinerja impor, meskipun disisi lain ekspor juga diperkirakan akan mengalami penurunan kinerja. Selain data penting dari tanah air tersebut, selama sepekan ke depan pelaku pasar akan banyak di sibukkan, dengan sejumlah pernyataan pejabat Bank Sentral AS, dan di akhir pekan akan ada pernyataan atau speech dari Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell.

Sejumlah pernyataan tersebut akan banyak memicu pergerakan kinerja pasar keuangan yang tidak menentu. Karena sifatnya bukan data, tetapi pendapat masing-masing pejabat The FED yang bisa saja memberikan gambaran kebijakan, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Sehingga kinerja pasar keuangan lagi-lagi masih akan volatile dan sulit ditebak arahnya.

Jadi arah kebijakan Bank Sentral AS masih sulit untuk ditebak, namun kebangkrutan sektor perbankan di AS serta pergerakan harga komoditas global akan mengambil peran terhadap kinerja bursa saham. Secara teknikal IHSG masih akan berkonsolidasi terlebih dahulu di level 6.700.

Peluang untuk turun dan naiknya sama sama besar. Saya melihat IHSG berpeluang untuk bergerak dalam rentang 6.635 hingga 6.770 di pekan ini.

Dan pelaku pasar akan lebih banyak melihat kinerja komoditas energy, maupun komoditas lain sebagai pendukung bahan baku seperti perkebunan. Jadi sejumlah saham yang sempat terpuruk di pekan lalu, yakni saham berbasis batubara masih berpeluang turun jika harga batu bara terus mengalami penurunan, demikian halnya juga saham berbasiskan komoditas perkebunan seperti sawit.

Untuk kinerja mata uang rupiah juga masih akan banyak dipengaruhi oleh spekulasi, dari gambaran kebijakan The FED. Sejauh ini di tahun 2023 rupiah masih mampu menunjukan tren penguatan terhadap US Dolar.

Sejauh ini, spekulasi kebijakan bunga acuan The FED, kebangkrutan perbankan di AS dan ancaman resesi di AS masih menguntungkan bagi rupiah. Mata uang rupiah masih memiliki kesempatan untuk menguat di area 14.700-an per US Dolar, dengan volatilitas yang cukup tinggi sepekan ke depan.

Dan terkahir untuk harga emas, pekan ini volatilitas harganya bisa sangat tinggi sekali. Walau demikian saya menilai harga emas masih akan mampu tertahan di level support $2.000 per ons troy. Sementara itu, penguatannya akan tertahan di level $2.035 per ons troynya.(penulis: Gunawan Benjamin, Pengamat Ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara)