MEDAN | Rupiah memasuki pekan perdagangan baru dengan tidak bergairah karena investor memilih menunggu rapat kebijakan Bank Indonesia di hari Selasa.
BI sudah meningkatkan suku bunga sebanyak lima kali sejak bulan Mei dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di level 5.75%.
Research Analyst Forextime, Lukman Otunuga mengatakan rupiah adalah salah satu mata uang yang berkinerja paling buruk di sepanjang tahun berjalan, sehingga siklus pengetatan BI mungkin belum berakhir. Dari aspek teknikal, investor akan sangat memantau perilaku USDIDR di sekitar 15200.
” Selain itu, perkembangan situasi dagang AS-China kembali menjadi sorotan, sehingga situasi ini bukan hanya mengurangi optimisme bahwa Amerika Serikat dan China akan menemukan jalan tengah, namun juga meningkatkan potensi bahwa AS tahun depan akan menambah tarif terhadap $200 miliar impor China dari 10% menjadi 25%,” katanya, Selasa (23/10/2018).
Perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia menjadi ancaman besar terhadap pertumbuhan dan stabilitas global, sehingga sentimen saat ini sepertinya akan tetap rentan memburuk, juga pada rupiah.
“Risiko peristiwa utama di Amerika Serikat pekan ini adalah rilis pertama data PDB kuartal ketiga yang dijadwalkan pada hari Jumat ini. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan meningkat 3.3% di kuartal ketiga tahun 2018, lebih lambat dibandingkan 4.2% di kuartal kedua,” ujarnya.
Kejutan positif mengenai pertumbuhan PDB berpotensi meningkatkan sentimen beli terhadap Dolar dan mendukung ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga AS.red