koranmonitor – MEDAN | Sesuai dengan perkiraan sebelumnya, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencatatkan deflasi pada Oktober 2025.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Sumut mengalami deflasi sebesar 0,2 persen secara bulanan (month to month).
Secara tahunan atau year on year, laju inflasi di Sumut tercatat sebesar 4,97 persen, dan masih menjadi provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi di Tanah Air.
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, menjelaskan harga cabai rawit dan cabai hijau memang mengalami penurunan pada Oktober. Namun, harga cabai merah yang rata-ratanya masih lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya, membuat peluang Sumut kembali mencetak deflasi pada November semakin terbuka.
“Pada hari ini saja, harga cabai merah sudah turun di kisaran Rp45 ribu hingga Rp55 ribu per kilogram. Dalam dua pekan terakhir November, harga cabai merah diproyeksikan akan berada pada rentang Rp35 ribu hingga Rp40 ribu per kilogram,” ujar Gunawan dalam keterangan tertulisnya kepada media, Selasa (4/11/2025).
Menurutnya, Sumut memiliki peluang besar untuk mencatat deflasi yang lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya. Deflasi November diperkirakan akan dipicu oleh penurunan harga cabai merah, emas perhiasan, cabai hijau, wortel, dan kemungkinan bawang merah.
Namun, Gunawan mengingatkan adanya potensi inflasi yang bisa disumbangkan oleh komoditas minyak goreng, beras, dan daging ayam.
“Kondisi ini dapat membuat potensi deflasi besar di Sumut pada bulan ini terbebani oleh sejumlah komoditas yang berpotensi menyumbang inflasi cukup signifikan. Kenaikan harga tersebut lebih dipicu oleh sisi pasokan (supply), dan ancaman cuaca buruk tetap berpeluang memicu lonjakan harga yang tidak terduga,” jelasnya.
Gunawan menambahkan, jika melihat realisasi inflasi Sumut saat ini, perbedaannya cukup signifikan dibanding wilayah di Jawa maupun luar Jawa selain Sumatera. Inflasi di luar Pulau Sumatera saat ini banyak yang berada di bawah 3 persen.
“Karena itu, Sumut, Aceh, Riau, dan Sumatera Barat berpeluang bergantian menduduki posisi inflasi tertinggi hingga akhir tahun,” ujarnya.
Lebih lanjut, Gunawan memproyeksikan bahwa dengan sumbangan produksi tanaman hortikultura terutama cabai dari Aceh, Sumatera Barat, dan Sumut, maka Riau dan Sumut berpeluang menjadi wilayah dengan inflasi tertinggi di penghujung tahun 2025.
“Pemicu tingginya inflasi di wilayah Sumatera belakangan ini adalah minimnya mitigasi terhadap musim kemarau yang melanda sekitar tiga bulan di dataran rendah Sumut, dan lebih dari empat bulan di wilayah dataran tinggi Sumatera Utara,” tutupnya. KMC/R

													




