Gunawan Benyamin
koranmonitor – MEDAN | Setelah tumbuh negatif 1% secara kuartalan di kuartal keempat tahun 2022. Sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) di tahun 2023 ini, menghadapi tentangan yang sangat berat, karena diproyeksikan akan tumbuh negatif berdasarkan hitungan dengan pendekatan atas harga nominal.
Padahal sektor pertanian ini menjadi sektor unggulan ekonomi di wilayah Sumut. Tidak bisa dipungkiri, kebangkrutan tiga bank di AS sebelumnya seperti silicon valley, silvergate, dan signature bank telah memicu kekuatiran terjadinya potensi kebangkrutan yang sama pada bank lainnya.
Dan setelah kejadian tersebut, beberapa bank lain juga menjadi pesakitan, yang lagi lagi menjadi gambaran bahwa fundamental ekonomi global tengah bermasalah, dan sangat berpeluang memicu terjadinya krisis atau kebangkrutan yang lebih besar nantinya.
Seiring dengan kabar tersebut, harga komoditas dunia berguguran tanpa tekecuali harga CPO. Dipicu oleh kekhwatiran penurunan konsumsi akibat ancaman krisis atau resesi. Sejak tanggal 9 Maret harga CPO mengalami keruntuhan dari posisi 4.200 ringgit per ton, menjadi 3.600-an ringgit per ton saat ini. Atau anjlok sekitar 14% sejak kabar buruk dari kebangkrutan sejumlah Bank yang ada di Amerika Serikat.
“Dikuartal pertama tahun 2023 ini, saya menghitung kalau sektor pertanian di Sumut itu pada dasarnya masih mampu tumbuh positif dibandingkan dengan kuartal keempat tahun 2022 silam. Tetapi seakan belakangan ini harapan itu menjadi pupus. Ancaman krisis yang terjadi di Negara lain sangat berpeluang menggerus sektor pertanian di Sumut,” sebut Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benyamin melalui keterangan tertulisnya kepada koranmonitor.com, Kamis (23/3/2023).
Dikatakannya, dari pemantauan harga sawit, karet, sejumlah produk pertanian hortikultura, produk pertanian tanaman pangan, sektor pertanian Sumut diproyeksikan masih mampu tumbuh 0.4% secara kuartalan (Q1 2023 – Q4 2022).
Tetapi jika melihat dalam satu tahun ke depan, dengan berdasarkan sejumlah skenario pembentukan harga komoditas pertanian berikut produksinya. Maka di tahun 2023 ini sektor pertanian di Sumut berpeluang tumbuh -3% hingga -4%, terlebih jika kebangkrutan perbankan masih terus berlanjut.
Dominasi sawit yang memberikan kontribusi paling besar terhadap sektor pertanian, membuat fluktuasi pada komoditas ini turut mempengaruhi kondisi pertanian di wilayah ini. Karena pembentukan harganya tidak terlepas dari dinamika global. “Satu satunya subsektor yang mampu tumbuh di tahun ini adalah tanaman pangan. Selebihnya diragukan untuk tumbuh dan sebagian justru terkoreksi. Dan tentunya perhitungan tersebut belum dikurangi dengan inflasi,” ujarnya.
Fenomena kebangkrutan Bank di AS ini hanya kian mempertegas bahwa resesi global berjalan dengan lebih cepat. Kita tidak bisa menghindar dari resesi global, dan Sumut yang selalu bertumpu pada sektor pertanian sebaiknya waspada dengan kinerja sektor pertanian yang menurun.
“Bahkan dalam hitungan saya, jika harga CPO berada dalam rentang 2.800 hingga 3.200 per ton, sektor pertanian di SUMUT mulai akan mendorong terjadinya masalah ekonomi lain seperti gangguan daya beli dan pengangguran,” katanya mengakhiri.KM-red
koranmonitor - JAKARTA | Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan uang Rp2,8 miliar, senjata api (senpi)…
koranmonitor - JAKARTA | Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Bobby Nasution mengambil terobosan baru, dengan menghapuskan biaya…
koranmonitor - MEDAN | Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Surya mengingatkan seluruh jajaran Badan Pendapatan…
koranmonitor - MEDAN | Rumah mewah milik mantan Kepala Dinas (Kadis) PUPR Sumut, Topan Obaja…
koranmonitor - SAMOSIR | Kebakaran hebat melanda kawasan hutan di sekitar Menara Pandang Tele, Desa…
koranmonitor - MEDAN | Insiden tragis terjadi di Desa Hilifadolo, Kecamatan Moro’o, Kabupaten Nias Barat,…