Tiga Kali Roboh, Anggaran ‘Membengkak’ Pengerjaan Jembatan Sicanang Harus Diaudit

oleh -155 views

MEDAN | Pembangunan Jembatan II Sicanang, Medan Belawan yang berfungsi untuk pelindung abutnent jembatan saat ini masih berjalan. Pengerjaan sendiri masih tahap pemasangan sheet pile.

Meskipun masih tahap pengerjaan dan pemasangan sheet pile, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Medan, tetap yakin pengerjaan jembatan tersebut selesai dalam waktu lima bulan.

“Insya Allah selesai. Mudahan -mudahan selesai tepat waktu biar masyarakat Sicanang tidak kesusahan melintas,” sebut Kadis PU Kota Medan, Zulfansyah kepada wartawan, Senin (14/9/2020).

Zulfansyah mengakui, kontruksi jembatan tersebut dipasang tidak melengkung. Menurutnya, dalam prinsip pembangunan jembatan, jika pondasi dan abutmentnya kokoh, maka konstruksi atasnya kokoh. Meskipun dengan jenis konstruksi yang beragam.

“Insya Allah kokoh kalau pondasinya kokoh,” tegasnya.

Sekadar mengingatkan, Jembatan Sicanang sudah tiga kali roboh sejak pertama kali mulai diperbaiki Pemko Medan. Bahkan, jembatan tersebut sempat mangrak selama lima bulan, pasca ambruk terakhir kali 2018 lalu.

Anggaran pembangunan jembatan bersumber dari APBD Medan ini bervariasi atau berubah-ubah setiap tahunnya. Kualitasnya tetap sama, namun kembali roboh juga.

Menurut ahli kontruksi pada saat itu, pembangunan kontruksi harus melengkung untuk menahan ombak atau terjangan aliran air. Dengan begitu jembatan tidak roboh.

Jembatan ini adalah satu-satunya akses warga Sicanang. Lebih dari 13.000 jiwa warga Kelurahan yang ada di Sicanang menggantungkan aktivitasnya dari jembatan ini.

Jembatan Sicanang Belawan pertama kali dikerjakan pada Oktober 2017 oleh PT Jaya Utama, dengan pimpinan proyek Roro Susilawati dengan anggaran Rp8 miliar lebih.

Namun, belum selesai dikerjakan. ternyata pada 6 Oktober 2017 jembatan tersebut roboh. Setelah terhenti beberapa bulan maka pembangunan dilanjutkan, dengan tender ulang dan dikerjakan PT Pilaren.

Akan tetapi kontraktornya merupakan orang yang sama dengan perusahaan sebelumnya. lantas pada 29 agustus 2018 jembatan amblas lagi, dan dianggap Human Error bukan faktor alam.

Usai longsor kembali diatasi, pekerjaan kembali diteruskan, kontraktor yang mengerjakan dengan nama berbeda yakni PT Jaya Sukses Prima, dengan anggaran kurang lebih Rp13,6 miliar.

Namun oknum kontraktornya ternyata sama, yaitu Roro Susilawati. Dan pada 20 Oktober 2018, jembatan Sicanang II kembali roboh untuk ketiga kalinya.

Jembatan Titi II Kelurahan Sicanang ambruk pada Sabtu (20/10/2018) sekitar pukul 03.00 WIB.

Tahun 2020 ini, Pemko Medan kembali melanjutkan pembangunan jembatan Sicanang Ini ini, dengan anggaran yang lebih membengkak dari sebelumnya.

Pengerjaan jembatan tersebut menghabiskan anggaran sebesar Rp14,2 miliar, yang bersumber dari APBD Kota Medan 2020.

Sementara itu, Pengamat Anggaran Sumatera Utara, Elfenda Ananasa mengatakan, dari sisi akuntabilitas harus ada audit dilakukan untuk memastikan penyebab roboh jembatan tersebut.

Ini untuk memastikan penyebab robohnya jembatan tersebut, apakah karena kualitas atau lainnya. Kemudian pertanggungjawaban. Pengerjaan proyek tersebut harus ditinjau ulang.

“Harus ditinjau dulu dari sisi kualitas. Kenapa sudah diterima tapi tidak bisa dipertanggungjawabkan,” ungkapnya.

Kemudian dari sisi perencanaan. Perencanaan ke depan berdasarkan hasil evaluasi pengerjaan sebelumnya. “Jangan uang muka sudah diterima pertanggunghawaban tidak jelas,” katanya.

Untuk itu dirinya meminta pengerjaan sebelumnya harus diaudit terlebih dahulu. Kemudian di cek ulang pengerjaan sebelumnya. Ini untuk memastikan apakah waktu penyerahan atau pengawasan pekerjaan tidak berjalan baik. Sehingga kualitas pekerjaan tidak benar.

“Artinya tiga hal ini harus dilakukan, ada audit, rekomendasi dan perencanaan kembali,” tambahnya.KM-Red/tim