SIBOLGA : Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Golkar Sumut Ahmad Doli Kurnia baru saja merevitalisasi pengurusnya. Sejumlah kader senior terbuang dalam perombakan tersebut.
Sahlul Umur Situmeang, seorang kader senior Golkar Sumut menilai revitalisasi itu justeru menjadikan partai berlambang beringin makin tak solid.
“Plt Ketua Ahmad Doli Kurnia telah membuat perpecahan yang nyata di tubuh Golkar Sumut. Ini preseden buruk bagi Golkar menjelang Pemilu 2019,” kata Sahlul, Kamis (11/10/2018) di Sibolga.
Sahlul mengutarakan, proses revitalisasi seharusnya dibahas dalam struktur yang melibatkan unsur internal. Tapi pada revitalisasi Rabu (10/10/2018), tidak ada pembahasan yang melibatkan unsur pimpinan Golkar Sumut.
“Saya sebelumnya Ketua Kordinator Bidang Kajian Strategia dan SDM Golkar Sumut. Saya tak pernah mendapat kabar ataupun diundang soal revitalisasi. Setelah revitalisasi, nama saya terbuang dan tak masuk dalam pengurusan,” tegas Sahlul.
Selain Sahlul, ada beberapa nama lain yang sebelumnya menjadi pengurus namun saat ini tak lagi masuk. Di antaranya Syahrul M Pasaribu (Bupati Tapsel/sebelumnya Ketua Kordinator Kepartaian Golkar Sumut) dan Akbar Himawan Buchari (sebelumnya Bendahara Golkar Sumut).
“Pak Syahrul Pasaribu itu kader paling senior di Golkar Sumut saat ini. Saya dan Pak Syahrul merupakan pengurus dari Musda yang sah. Namun dibuang begitu saja. Ini namanya pembunuhan karakter dan pendzaliman. Apalagi saya Caleg DPRD Sumut Golkar nomor urut 1,” ujar Sahlul.
Dengan kondisi itu, Sahlul menilai Plt Ketua Golkar Sumut Ahmad Doli Kurnia justeru membuat perpecahan di tubuh Golkar Sumut.
“Revitalisasi itu penyegaran, bukan malah menimbulkan perpecahan dan kehancuran. Doli Kurnia malah buat Golkar Sumut hancur Ingat, ini menjelang Pemilu. Situasi ini akan merugikan Partai Golkar hanya karena kepentingan dua tiga orang,” terang Sahlul.
Sahlul menilai ada kondisi paradoks dengan apa yang dilakukan Ahmad Doli Kurnia selama ini.
“Selama ini Doli Kurnia cuap-cuap soal Golkar Bersih. Tapi kenyataan sebaliknya karena tidak transparan dan terkesan menutup-nutupi proses revitalisasi,” tandas Sahlul.
Dengan revitalisasi yang tak pernah dibahas unsur pimpinan itu pula, Sahlul menilai DPP Partai Golkar kecolongan karena telah menyetujuinya.
“Ini kerugian Partai Golkar yang anehnya malah disetujui DPP. Maka dari itu, DPP Partai Golkar harus membatalkan SK Revitalisasi tersebut. Saya tegaskan sekali lagi, ini kerugian bagi Partai Golkar karena berpengaruh bagi suara,” kata Sahlul.
Revitalisasi Partai Golkar Sumut pada Rabu (10/10/2018) menghasilkan Ahmad Kurnia (Plt Ketua), Yasir Ridho Loebis (Ketua Harian), Riza Fakhrumi Tahir (Sekretaris) dan Viktor Silaen (Bendahara).red