300 Paus dan Lumba-lumba Dibantai Laut Menjadi Merah

TRADISI perburuan dan pembantaian paus di Kepulauan Faroe telah dilakukan pekan lalu. Sekitar 300 ekor mamalia laut tewas akibat pembantaian di lepas pantai tersebut.

Melansir AFP, tradisi itu bernama Grindadrap, sebuah tradisi kuno yang telah dilakukan masyarakat Denmark sejak lebih dari 1.000 tahun yang lalu.

Tradisi Grindadrap adalah budaya yang paling diandalkan di kepulauan tersebut. Sebuah wilayah otonom di Denmark, di Kepulauan Atlantik Utara.

Daging paus merupakan makanan pokok di sana. Tradisi itu telah menuai banyak kritik dan kecaman dari LSM Lingkungan Sea Shepherd namun masih terus dilakukan sampai sekarang.

Sekitar 250 ekor paus pilot bersirip panjang dibantai, beserta beberapa lumba-lumba sisi putih Atlantik pada Rabu kemarin (15/7/2020) di lepas Pantai Hvalba, sebuah desa di bagian paling selatan Pulau Suduroy.

Media lokal mengutip apa yang disebut LSM Sea Shepherd sebagai “aksi barbar” terhadap tindakan pembantaian hewan-hewan tersebut. Mereka juga menyeru agar masyarakat menghentikan tradisi itu.

Tradisi yang dilakukan di tengah pandemi virus corona menjadi masalah bagi otoritas lokal. Kepulauan Faroes yang berpopulasi hampir 50.000 orang telah mencatat 188 kasus infeksi virus corona saat ini berdasarkan laporan media Perancis AFP.

Menteri Perikanan Denmark, Jacob Vestergaard sebelumnya menyetujui pada 7 Juli untuk perburuan paus dengan ketentuan bahwa setiap orang harus menghindari kerumunan besar.

Perburuan paus dan lumba-lumba itu menunjukkan pemandangan kapal-kapal yang menggiring mamalia laut yang sudah mati.

Mamalia laut itu dibantai di sebuah teluk oleh para nelayan dengan pisau-pisau mereka. Darah hewan-hewan itu ‘mengubah’ warna air laut menjadi merah.

Ada pun LSM Sea Shepherd sebelumnya pada 2014 berhasil mengacaukan tradisi tersebut. Namun UU yang memberi wewenang pada kapal militer Denmark memastikan LSM berada di luar jangkauan perairan Faroe saat pembantaian dilangsungkan.

Di Pulau Faroe,warga banyak yang mendesak media asing dan LSM agar menghargai budaya tradisional pulau itu, yang menganggap menangkap mamalia-mamalia laut sebagai tradisi utama mereka.*

admin

Recent Posts

Kahiyang Ayu Ajak 50 Anak Marginal Nobar Film ‘Jumbo’

koranmonitor - MEDAN | Memeriahkan Hari Anak 2025, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK)…

56 tahun ago

Polda Sumut Tetapkan 26 Tersangka Penjarahan Aset PT ABR, Kerugian Capai Rp1,5 Miliar

koranmonitor - MEDAN | Aksi pencurian dan penjarahan aset milik PT Abadi Rakyat Bakti (ARB)…

56 tahun ago

Tinjau Puskesmas Pulo Brayan, Wakil Wali Kota Medan Tekankan Peningkatan Fasilitas

koranmonitor - MEDAN| Wakil Wali Kota Medan, H. Zakiyuddin Harahap menemukan sejumlah persoalan, saat meninjau…

56 tahun ago

Polda Sumut Police Line di Lokasi Penjarahan Massal PT ARB

koranmonitor - MEDAN | Menindaklanjuti proses penyidikan kasus penjarahan massal di pabrik kaca PT Abdi…

56 tahun ago

Badko Sumut Menentang Aksi Oknum Mahasiswa Seret Nama HMI Untuk Demo: Itu Kepentingan Pribadi!

KORANMONITOR.COM, MEDAN - Badko Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sumut menentang keras aksi sekelompok oknum mahasiswa…

56 tahun ago

KPK Periksa Eks Pj Sekda Sumut Effendy Pohan Terkait Korupsi Proyek Jalan

koranmonitor - JAKARTA | Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil mantan Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda)…

56 tahun ago