koranmonitor – MEDAN | Bank Sentral AS melihat ada potensi pemangkasan bunga acuan pada tahun ini. Imbal hasil US Treasury 10 Tahun alami menurun ke level 4,33%. Penurunan imbal hasil tersebut akan menjadi kabar baik bagi mata uang Rupiah.
“Pada sesi perdagangan pagi ini, Rupiah ditransaksikan menguat di level Rp16.215 per US Dolar. Ditengah kabar baik dari The FED, Presiden AS Donald Trump dikabarkan akan mengenakan tarif impor sebesar 200% untuk produk farmasi,” sebut Pengamat Keuangan Sumut Gunawan Benjamin, melalui keterangan tertulisnya, Kamis (9/7/2025).
Selain itu, pelaku pasar domestik akan terus menyatukan upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam melakukan negosiasi tarif resiprokal yang dikenakan sebesar 32%.
“Selain perkembangan kebijakan tarif AS, pasar keuangan juga mengkuatirkan rilis data deflasi Tiongkok yang juga turut menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan di Asia,” ujarnya.
Namun demikian, sebagian besar bursa saham di Asia pada perdagangan pagi ini ditransaksikan menguat. IHSG di sesi pembukaan perdagangan juga menguat di level 6.968. Kinerja pasar secara keseluruhan masih mengkuatirkan kemungkinan memburuknya perang dagang. “AS secara agresif terus melakukan tekanan kepada negara-negara yang dinilai lambat untuk mencapai kesepakatan tarif dengan AS,” ujarnya lagi.
Di tengah isu perang dagang yang kian memanas, pada perdagangan hari ini pasar tidak akan banyak dibanjiri agenda ekonomi besar. Minimnya sentimen akan membuat IHSG diproyeksikan bergerak dalam rentang 6.920 – 6.980.
“Dan Rupiah diperkirakan bergerak dalam rentang 16.200 – 16.250. Sementara itu harga emas yang ditransaksikan menguat di level $3.322 per ons troy atau sekitar 1.74 juta per gram nya,” tutupnya. KMC