Categories: Uncategorized

Guru Itu Inspirator Keteladanan, Pemersatu dan Perekat Bangsa

Oleh : Khairuddin Nasution, Ketua Forum Guru Arcarya Aditya Masyarakat Nusantara Indonesia Sumatera Utara

GURU itu adalah sosok teladan dan harus diteladani, bisa menjadi sumber inspirasi anak bangsa yang lain, pemersatu dan perekat bangsa serta menjadi benteng terdepan anti radikalisme.

Demikian salah satu pernyataan yang disampaikan Ketua Forum Guru Arcarya Aditya Masyarakat Nusantara Indonesia (FGAA MNI) Sumatera Utara, Khairuddin Nasution kepada koranmonitor.com, Senin (25/11/2019) dikediamannya Jalan AR Hakim, Kota Medan, Sumatera Utara.

Khairuddin mengatakan, guru itu memang sosok yang yang selalu kita harapkan. Begitu pula orang tua yang menginginkan anaknya dididik dan menimbah ilmu dari sosok guru. Belum lagi pemerintah sebagai lembaga kenegaraan, menginginkan rakyatnya cerdas sehingga kedepannya mampu estafet melanjutkan pembangunan, kesejahteraan , kesehatan, pertahanan negara.

Semua itu pasti butuh orang-orang yang mengajarkan segala sesuatu, untuk mencapai sesuatu itu, dan tentu saja sosok itu adalah Sang Guru. Guru dalam artian sempit memang sosok sesorang yang berada di kelas, untuk mengajarkan segala sesuatu dibidangnya masing masing.

Untuk lebih detailnya, lanjut pria yang akrab disapa BangNas lagi, sambil membuka kumpulan undang-undang (UU) Pendidikan. Nah ini kita lihat UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas berbunyi:
“Pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.”

“Jadi menurut saya, peran dan keberadaan guru amat penting dalam konstelasi pendidikan khususnya di wilayah teritorial tertentu. Banyak sejarah dan perubahan yang telah dibidik melalui dunia pendidikan. Kerja keras para pendidik selama ini menunjukkan sesuatu yang membawa kehidupan baik bangsa dan negara kita Indonesia,” sebutnya.

Dengan demikian, beliau melihat bahwa peran guru perlu dihayati sungguh-sungguh, agar tercapainya sebuah harmonisasi kesejahteraan umum dalam dunia pendidikan dan bangsa.
Situasi perkembangan zaman dan globalisasi yang menghampiri negara lain, termasuk Indonesia. Apalagi era 4.0 sekarang ini baik sisi positif maupun negatif menghadirkan persoalan hitam-putih, yang kini merengsek dan mendesak masuk dalam lingkungan sekolah.

Misalnya meningkatnya kasus-kasus intoleransi bahkan mulai dari pendidikan dasar, isu radikalisme agama yang membawa payung dan bendera keagamaan, ras dan budaya. Dan intoleran dan sektarian sungguh mencemaskan, tetapi hidup di bawah bayang-bayang paranoid bukan pilihan. Namun begitu kita tidak perlu menyalah siapa pun, guru, masyarakat, orang tua, bahkan pemerintah sendiri.

Dan yang terpenting dari itu adalah integritas problem solving dari seluruh komponen bangsa, yang tentu saja pemeritah sebagai fasilatornya harus menyeluruh, dinamika dan konflik harus disikapi dengan tenang agar polarisasi ini tidak semakin kencang.
Dari persoalan ini hendaknya kita mencoba melihat peran guru, dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di atas. Oleh karena itu, pertanyaan yang dapat dibuat beliau adalah “Sejauh Manakah Peran dan Komitmen Para Guru Terhadap Peliknya Persoalan serta Menjaga Kesatuan Bangsa Indonesia?”

Bukankah guru itu miniature bangsa?
Yok kita buka UU No.14 Tahun 2005 Pasal 20, pemerintah memperbaharui tugas dan kewajiban dari seorang guru atau pendidik, yakni: “perihal profesional, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik atau latar belakang keluarga dan status sosial, memelihara memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.”

Di sini jelas ada pembaharuan dan tambahan tugas bagi guru. Hal muncul karena adanya kebobrokan sosial yang tidak diharapkan. Pemerintah menilai bahwa salah satu tempat atau lembaga yang dapat menangani persoalan ini adalah lingkungan sekolah melalui para guru.

Kita jangan meragukan loyalitas guru, terhadap tugas yang telah dipercayakan kepada mereka. Keterlibatan para pendidik dalam meretas persoalan intoleransi, dan radikalisme tidak dapat diabaikan begitu saja. Mereka telah menunjukkan suatu nilai kehidupan bangsa yang damai dalam lingkungan sekolah. Akan tetapi kita juga perlu mengakui bahwa, tidak semua guru mendedikasikan diri sepenuhnya sesuai yang diharapkan bangsa. Dalam tubuh dan struktur organisasi guru dalam sebuah sekolah masi ada oknum-oknum tertentu yang berlawanan dengan gerak pendidikan di Indonesia.

Guru tidak hanya mengajarkan mata pelajaran yang mereka geluti, akan tetapi mereka juga memberi teladan bagi para murid dalam merangkul perbedaan, serta mengajar nilai-nilai yang mengarahkan para murid untuk tidak memiliki mind-set dan action intoleransi dalam lingkungan sekolah.

Sambil menarik nafas dalam-dalam, Bang Nas berujar lagi: jika kita masih meneladani sosok seorang guru, sudah saatnya kita satukan seluruh guru di Indonesia. Bukan hanya wadahnya saja , tetapi adalah substansi keteladanan itu dimulai dengan MPV(Minset, Paradigma, Value-nilai). Bapak Pendidikan Nasional kita : Bapak Ki Hajar Dewantara. Sebenarnya sudah merumuskannya yang kita kenal dengan slogan Tut Wuri Handayani, Ing Madio Mangunkarso, Ingngarso Sung tulodo.

Namun seperti kebanyakan slogan-slogan lain, slogan itu Cuma hanya sampai di bibir saja, dalam praktik prilaku masih jauh dari yang kita harapkan.
Bagaimana mendarahdagingkan MPV tersebut ke dalam jiwa-jiwa para guru, disitulah substansi persoalan yang harus dikaji dan diperdalam. Sebagai contoh sederhana saja, kira-kira mana lebih dahulu dibutuhkan seorang guru: sukses profesi atau rasa karsa bahagia? ”
Ternyata yang dibutuhkan itu awalnya adalah rasa bahagia dulu, baru kesuksesannya meyusul sukses {Profesi, profesi apapun termasuk guru). Bahagia itu akan melahirkan kenyamanan, kedamaian.

Untuk itulah perlu pelatihan dan pengkaderan yang mengedepankan perubahan MVP tadi, yang harus dilakukan seorang guru. Dan dalam hal ini Negara harus mengambil peran untuk mewujudkannya. Betapa tidak guru yang wajib digugu dan ditiru itu akan menjadi sumber inspirasi pada anak bangsa yang lain dan pada gilirannya akan membahagikan masyarakatnya, jika msyarakat sudah bahagia, pasti Negara makmur sentosa.

Sambil menyuruh minum, BangNas melanjutkan. saran saya lagi, coba di survey di dunia ini, negara-negara manakah masyarakatnya merasa hidup bahagia, dan damai? Maaf bukan dari sisi materi ya? Apa MPV masyarakat di sana coba diterapkan di indonesia atau menjadi nilai dasar profesi guru.

Saya pernah searching di google, saya dapatkan Negara Negara mana yang hidupnya paling bahagia di dunia, bahkan itu versi PBB yaitu :
1. Finlandia
2. Denmark
3. Norwegia
4. Islandia
5. Belanda
Indonesia nomor berapa?

Dalam laporan tersebut, Indonesia menduduki peringkat 92. Indonesia di bawah peringkat negara tetangga seperti Singapura (34), Thailand (52), Filipina (69), dan Malaysia (80). Namun peringkat Indonesia di atas Vietnam, Laos, serta Kamboja.

Pada laporan tersebut, Amerika Serikat (AS) menduduki peringkat 19. Dan Inggris yang sedang bergulat dalam masalah Brexit yang tak kunjung rampung, menduduki peringkat 15.

Sementara negara paling tidak bahagia, atau menduduki peringkat terbawah daftar ini adalah Sudan. Menurut PBB, 60% warga Sudan mengalami kekurangan pasokan makanan karena perang saudara yang terjadi.

Negara seperti Yaman, Afganistan, dan Republik Afrika Tengah juga menduduki posisi terbawah dari daftar tersebut.

Indonesia saya yakin, tidak kekurangan nilai-nilai. Hanya saja bagimana metode untuk mendarahdagingkan MPV tersebut dalam prilaku. Itu yang terpenting. Kira-kira saat guru mengajar, yang satu asik marah marah, yang satu selalu senyum walau muridnya belum paham, kira kira mana yang disenangi siswa?

Kira kira jika gurunya sudah terlilit hutang dan bunga bunga nya itu bisa membuat guru bahagia nggak? Itu juga perlu menjadi perhatian kita bersama
Oleh karena itu saran saya, mumpung Presiden kita Bapak Joko Widodo peduli dengan nasib guru-guru, maka dibuatlah Majelis Kehormatan Forum Masyarakat Nusantara Indonesia (MKF MNI) dan salah satu badannya adalah, Forum Guru Arcarya Aditya Masyarakat Nusantara Indonesia (FGAA MNI). Dan Alhamdulilah di Sumatera Utara sudah terbentuk, dan siap dengan program-programnya sehingga bisa membuat bahagia guru guru di Sumatera Utara.

Oh ya rekan rekan wartawan koranmonitor.com saya ingatkan : Jangan Tanya apa yang sudah disumbangkan guru kepada bangsa ini, tetapi sudahkah kita juga peduli dengan mereka? Lanjut BangNas ber api-api.

Kami harapkan semua guru di Sumut ini bergabunglah pada FGAA MNI, agar apa yang menjadi masalah guru kita selesaikan secara berasma-sama. Ingat kambing yang terlepas dari kawanannya akan diterkam Srigala. Sambil menyalami tim koranmonitor.com, BangNas mengakhiri pembicaraan.*

admin

Recent Posts

Wakapolda Sumut Tinjau Posko Pengungsian di Belawan

koranmonitor - MEDAN | Wakapolda Sumatera Utara, Brigjen Pol Rony Samtana, meninjau Posko Pengungsian korban…

56 tahun ago

Kahiyang Menyiapkan Bantuan Korban Banjir dan Longsor, Bobby Nasution Mendistribusikan

koranmonitor - MEDAN | Ketua TP PKK Sumatera Utara (Sumut) Kahiyang Ayu turut mengawal langsung…

56 tahun ago

Polres Binjai Imbau Warga Tak Panik, Pasokan BBM di Sumut Dipastikan Aman

koranmonitor - BINJAI | Menyusul kabar mengenai kelangkaan minyak yang beredar di media sosial, Satuan…

56 tahun ago

Polres Labusel Kirim Tiga Truk Bantuan untuk Korban Bencana di Batang Toru

koranmonitor - LABUSEL | Polres Labuhan Batu Selatan (Labusel) mengirimkan tiga truk besar berisi bantuan…

56 tahun ago

Presiden Prabowo Tinjau Lokasi Bencana Tapteng, Pastikan Penanganan Cepat dan Terkoordinasi

koranmonitor - TAPTENG | Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto melakukan kunjungan kerja penting ke Sumatera…

56 tahun ago

Pemprov Sumut Sediakan Internet Gratis Untuk Warga di Lokasi Pengungsian Tapteng

koranmonitor - TAPTENG | Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara Sumut) melalui Dinas Komunikasi dan Informatika…

56 tahun ago