Selain Covid 19, DBD Juga Mengancam Indonesia. Binjai Sudah 33 Kasus

oleh

Binjai | selain mencoba untuk mencegah penularan virus corona (Covid-19) yang lagi mewabah di Indonesia Pemerintah juga di sibukkan dengan Berbagai upaya pencegahan dan penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD) di berbagai wilayah Indonesia sejak Januari hingga awal Maret 2020.

Data yang di peroleh dari kementrian Kesehatan RI menyebutkan ada 16.000 lebih kasus dengan kematian lebih dari 100 orang meninggal.

Menurut Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi Kematian paling banyak terjadi di Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat dan Jawa Timur sehingga menjadi zona merah.

Pemerintah juga menetapkan wilayah zona kuning untuk Lampung, Jawa tengah, Bengkulu dan Sulawesi Tenggara. Diikuti Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah

Pemerintah, kata Nadia, memastikan logistik untuk tes DBD mencukupi. Begitu pula mengenai persediaan abate, insektisida serta larvasida.

“Tindakan preventif terus dilakukan di berbagai daerah. Misalnya dengan memberantas sarang nyamuk di rumah, sekolah, tempat umum mau pun rumah ibadah,” ungkapnya.

Mengenali ciri-ciri penyakit DBD

Demam berdarah dengue atau DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk berjenis Aedes aegypti. Penyakit ini umumnya ditandai dengan munculnya bercak merah di kulit. Namun, apa yang menandakan bintik merah tersebut adalah sebab penyakit DBD? Medscape dalam lamannya menuliskan bahwa ruam merah pada pasien demam berdarah merupakan ruam konfluen makulopapular atau juga disebut makula yang muncul di permukaan wajah, dada, dan fleksor. Ia akan muncul pada hari ketiga adan berlanjut hingga 2-3 hari kemudian.

Kemunculan ruam ini akan diiringi dengan demam yang timbul dan mereda secara bergantian. Pada anak-anak, demam akan mereda selama sehari dan kemudian kembali lagi. Pola ini disebut dengan saddleback fever. Dilansir dari National Centre for Biotechnology Information adanya tes Tourniquet yang dapat dilakukan untuk melakukan tes adanya bintik-bintik merah tersebut. Tes dilakukan dengan menggembungkan manset tekanan darah pada aspek lengan atas ke titik di tengah-tengah antara tekanan sistolik dan siastolik selama 5 menit. Tes ini dianggap positif apabila lebih dari 20 petekia atau ruam kulit per 2,5 cm persegi area kulit.

Tanda lain Demam Berdarah Dengue (DBD) Gejala lain yang muncul sebagai tanda Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah sakit kepala dan nyeri pada otot.

Selain itu, gejala lain dilansir Centers for Disease Control and Prevention adalah sebagai berikut: – Mual dan muntah – Nyeri otot – Sakit mata (biasanya di belakang mata) – Demam selama 2-7 hari – Pendarahan seperti mimisan Masa inkubasi dari penyakit ini pada umumnya adalah 3-14 hari. Dilansir dari Medscape, banyak pasien yang mengalami gejala menggigil, bercak pada kulit, dan muka memerah yang berlangsung selama 2-3 hari. Apabila ditemukan gejala tersebut, segera lakukan pemeriksaan kepada dokter atau menuju rumah sakit terdekat. Pasalnya, DBD dapat membuat penderita mengalami kondisi yang parah hingga kematian.

Binjai Sudah 33 Kasus, Pengasapan Dinilai Tidak Sesuai Aturan

 

Kepala Dinas Kesehatan Kota Binjai dr.Sugianto.SP.OG  melalui dr.HM.Indra Tarigan.MKM yang dihubungi Koran Monitor lewat WhatsApp menjelaskan untuk tahun 2020 ada 33 orang kasus DBD positif dengan dibuktikan melalui pemeriksaan Laboratorium dan belum ada yang meninggal.

‘Terkait kasus DBD kita melakukan pengasapan 100-200 meter persegi di lokasi terjangkit positif DBD, himbauan kepada masyarakat tetap waspada terkait demam berdarah ditengah gencarnya penyebaran virus corona dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (melalui 3M plus) minimal satu kali seminggu, dan untuk pemberian bubuk abate yang di subsidi dari dinkes provinsi Sumatera Utara berguna untuk memusnahkan jentik2 di tempat penampungan air, diharapkan juga peran serta masyarakat untuk tetap berperilaku hidup bersih dan sehat agar penyebaran Demam berdarah denggue tidak meningkat,” jelas Dr Indra.

Sementara itu Pengasapan yang dilakukan di Lingkungan II Kelurahan Bandar Senembah Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai oleh Dinas Kesehatan setelah mendapat laporan dari pihak Kelurahan Bandar Senembah terkesan bertolak belakang dengan keterangan Kepala Dinas Kesehatan Kota Binjai dr.Sugianto.SP.OG  melalui dr.HM.Indra Tarigan.MKM yang menyatakan bahwa Pengasapan dilakukan 100-200 meter persegi dari titik kasus.

Salah seorang warga Lingkungan II Kelurahan Bandar Senembah Sri Endang kepada Koran Monitor mengatakan memang benar telah dilakukan Fogging di lingkungannya namun kalau dari sebelah kanan titik kasus (rumah penderita DBD) hanya dua rumah.

“ Memang tadi di lakukan Fogging tapi sepertinya tidak sesuai aturan, harusnya kan 100 – 200  meter persegi dari titik kasus (di lokasi terjangkit positif DBD) nyatanya kalau dari sebelah kanan titik kasus (rumah penderita DBD) hanya dua rumah, kalau dari sebelah kiri rumah penderita DBD ya mungkin panjang la,” terang Endang.

Kepala Kelurahan Rudi Irawan SE yang dikomfirmasi terpisah menjelaskan menurut pengakuan Keplingnya ada tiga titik yang dilakukan pengasapan dan sudah dikerjakan semua tapi itu yang mengerjakan pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan, nanti kita cek lagi bang, kata Rudi. ( Dedi)