koranmonitor – MEDAN | Di pekan ini, pasar keuangan tengah menanti rilis data inflasi tanah air. Ada peluang dimana Indonesia akan membukukan deflasi secara bulanan di September ini.
Selanjutnya, pada perdagangan besok AS akan merilis data manufakturnya. Dimana data manufaktur AS diproyeksikan membaik sekalipun tetap akan mengalami kontraksi di September.
Dilanjutkan rilis data penyerapan tenaga kerja dluar sektor pertanian pada hari Rabu. Yang juga diproyeksikan membaik di bulan ini. Dan di hari Kamis ada rilis data ISM Non Manufacturing PMI yang diproyeksikan akan berekspansi.
“Ditutup dengan rilis data pengangguran AS pada hari jumat. Sejumlah ata tersebut lebih berpeluang menjadi kabar buruk bagi pasar keuangan dibandingkan pengaruh positifnya,” sebut Pengamat Keuangan Sumut Gunawan Benjamin, melalui keterangan tertulisnya, Senin (39/9/2024).
Dikatakannya, IHSG di awal pekan ini dibuka melemah di level 7.674, sementara mata uang rupiah ditransaksikan melemah tipis ke level Rp15.130 per US Dolar. “Kinerja pasar keuangan secara keseluruhan masih dibayangi tekanan eksternal, terlebih kinerja pasar saham. IHSG berpeluang untuk bergerak dalam rentang 7.530 hingg 7.700 dalam sepekan kedepan,” ujarnya.
Sementara Rupiah masih berpeluang menguat dalam rentang Rp15.000 hingga Rp15.200 selama sepekan nantinya. Sebagai perbandingan, sejumlah bursa di Asia ditransaksikan menguat sementara mata uang Di asia bergerak beragam terhadap US Dolar. “Disisi lain, harga emas pada awal pekan ini juga terkoreksi dikisaran harga $2.653 per ons troy nya,” tutupnya. KMC