koranmonitor – MEDAN | Di akhir pekan kemarin, data inflasi AS menunjukan kinerja yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Baik inflasi inti dan inflasi AS secara keseluruhan merealisasikan angka yang lebih besar dari ekspektasi sebelumnya.
Dimana inflasi inti dan inflasi umum di bulan Maret sebesar 2.8% dan 2.7%, lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 2.6%. Realisasi data inflasi tersebut menjadi indikasi bahwa, Bank Sentral AS kian jauh dari kemungkinan pemangkasan bunga acuannya.
“Dipekan ini, The FED atau Bank Sentral AS akan menentukan besaran bunga acuannya. Disusul dengan pidato dari Gubernur Bank Sentral AS, diikuti dengan rilis data ketenaga-kerjaan di akhir pekan. The FED diperkirakan akan tetap mempertahankan besaran bunga acuannya. Sekalipun demikian, pidato The FED dan rilis data ketenaga kerjaan bisa menggiring pasar keuangan bergerak sangat volatile,” sebut pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin melalui keterangan tertulisnya, Senin (29/4/2024).
Dikatakannya, potensi tekanan pada mata uang rupiah diproyeksikan masih akan berlangsung nantinya, jika The FED memberikan gambaran hawkish kebijakan moneternya.
“Pagi ini mata uang Rupiah kembali mengalami pelemahan dikisaran Rp16.230 per US Dolar. Sementara IHSG ditransaksikan menguat dikisaran level 7.050 seiring dengan penguatan sejumlah pasar saham di Asia,” ujarnya.
Meskipun diperdagangkan menguat di awal pekan. Kinerja pasar keuangan secara keseluruhan masih rawan untuk kembali ke zona merah. Sinyal hawkish The FED di pekan ini bisa menekan kinerja pasar keuangan lebih lanjut. “Walaupun demikian saya menilai, kebijakan BI yang telah menaikkan bunga acuan akan membentengi pasar keuangan, khususnya Rupiah dari potensi tekanan besar dari kemungkinan sikap Hawkish The FED di pekan ini,” sebutnya.
Sementara itu, harga emas pada perdagangan pagi ini ditransaksikan flat dengan kecenderungan melemah. Harga emas diperdagangkan dikisaran $2.329 per ons troynya. Pelaku pasar juga wait and see terkait dengan sikap The FED di pekan ini. Selain itu, tensi geopolitik kembali memanas seiring menghangatnya hubungan China dan AS. KMC