Perlambatan Ekonomi Sumut Mulai Terlihat, Harus Diwaspadai Bupati dan Wali Kota

oleh

koranmonitor – MEDAN | Wilayah kabupaten di sekitar Danau Toba, khususnya Kabupaten Toba Samosir serta Kota Medan mendapatkan manfaat besar dari kehadiran F1H2O, yang terselenggara di bulan februari ini.

Meskipun pagelaran tersebut bersifat temporer, akan tetapi tentunya disaat momen tersebut, ekonomi masyarakat bergerak dan akan menjadi salahsatu motor penggerak ekonomi masyarakat terdampak di kuartal pertama tahun 2023 ini.

Akan tetapi yang perlu diwaspadai adalah, adanya penurunan harga komoditas seperti sawit, karet, kopi di wilayah ini.

“Saya menyarankan agar sejumlah kepala daerah (Bupati/Wali Kota) memahami dengan benar apa yang menjadi motor penggerak ekonomi di wilayahnya. Misalkan, untuk wilayah Toba Samosir, selain pertanian ada juga jasa pariwisata maupun perhotelan yang menjadi motor penggerak ekonominya,” kata Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benyamin melalui keterangan tertulisnya kepada koranmonitor.com, Selasa (21/2/2023).

Selanjutnya, kata Gunawan, dapat melihat proyeksi bagaimana pertumbuhan ekonominya selama setahun yang akan datang, dengan meletakkan sejumlah proyeksi. Sebaiknya proyeksi tersebut diluar anggaran yang ditetapkan dalam bentuk anggaran belanja rutin pemerintah daerah itu sendiri.

“Jadi misalkan Kota Medan, Siantar, Binjai atau Sibolga yang didalamnya banyak industri barang dan jasa, tentunya harus mampu memilah mana industri yang berpotensi mampu bertahan atau justru berpeluang turun di tahun ini,” ujarnya.

Misalkan perhotelan tentunya berpeluang untuk turun kinerjanya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Atau industri pengolahan yang berpeluang untuk mengalami perlambatan seiring dengan penurunan harga komoditas. Atau wilayah yang memiliki kombinasi baik industri barang dan jasa juga ada sektor pertaniannya.

Wilayah tersebut seperti kabupaten Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Batu Bara. Atau wilayah yang masih lebih banyak mengandalkan sektor pertanian diluar perkebunan, seperti kabupaten Pakpak Bharat, hingga kepulauan Nias atau wilayah yang berdekatan dengan pantai barat. Atau wilayah yang lebih mengandalkan sektor pertanian tetapi lebih banyak perkebunannya seperti Labusel, Labura, Madina, dan beberapa wilayah lainnya.

Di tahun ini, kata Gunawan, harga komoditas perkebunan di proyeksikan akan lebih rendah (khususnya sawit), dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor pariwisata akan lebih banyak mengandalkan faktor musim liburan, dan kurang bisa diandalkan dengan berharap dari daya beli masyarakat. Sementara produksi barang dan jasa juga berpeluang mengalami perlambatan kecuali telekomunikasi.

“Secara keseluruhan saya melihat ada potensi perlambatan di hampir semua wilayah kabupaten kota. Dimana kota Medan, Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan dan Batubara yang akan berpeluang mengalami perlambatan paling besar dibandingkan kinerjanya di tahun kemarin. Dimana wilayah ini diperkirakan akan tumbuh melambat dalam rentang 3.2% hingga 4%. Karena ekonominya ditopang oleh banyak industri yang terpapar perlambatan ekonomi nasional maupun resesi global,” jelasnya.

Sementara wilayah lainnya yang banyak mengandalkan sektor pertanian, khususnya perkebunan berpeluang mengalami stagnasi, dengan kecenderungan melambat dengan kecepatan yang lebih kecil dari tahun sebelumnya. Dimana tahun ini akan tumbuh dikisaran 3% hingga 3.6%. Dan untuk wilayah yang mengandalkan sektor pertanian khususnya tanaman pertanian diluar perkebunan, tetap berpeluang melambat tetapi meskipun lebih resilen dikisaran 3%.

“Semua perlambatan ini bisa minimalisir, salahsatu yang paling mungkin adalah, dengan melakukan belanja anggaran secepat mungkin. Dan yang kita harapkan adalah multiplier efeknya,” ujarnya mengakhiri KM-red