koranmonitor – MEDAN | Presiden AS Donald Trump kembali mengancam kenaikan tarif impor 25% ke Uni Eropa. Dan sebelumnya pelaku pasar juga menanti kelanjutan kebijakan kenaikan tarif AS terhadap Kanada dan Meksiko, setelah sempat ditunda selama sebulan.
Menurut Pengamat Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, Kamis (27/2/2025) mengatakan Ancaman kenaikan tarif tersebut akan menjadi kabar buruk bagi pasar keuangan di Asia, tanpa terkecuali Indonesia.
“Mata uang US Dolar berpeluang untuk menguat terhadap mata uang lainnya. Kebijakan kenaikan tarif AS juga berpeluang mendorong negara lain untuk melemahkan mata uangnya. Sehingga mata uang rupiah berpeluang terseret arus pelemahan mata uang di dunia. Itulah yang mendorong pelemahan rupiah belakangan ini sekalipun imbal hasil US Treasury justru mengalami tekanan,” sebutnya melalui keterangan tertulisnya.
Pada sesi perdagangan pagi ini, kinerja mata uang Rupiah masih melemah terhadap US Dolar di kisaran level Rp16.400. Imbal hasil US Treasury 10 Tahun juga masih alami pelemahan di kisaran level 4.27%. Sementara itu, kinerja pasar saham di Asia pada perdagangan pagi ini mayoritas alami penguatan. IHSG juga turut dibuka menguat di level 6.609.
“IHSG berpeluang ditransaksikan dalam rentang 6.530 hingga 6.630 pada perdagangan hari ini, IHSG bergerak berlawanan arah dengan mayoritas bursa saham di Asia pada perdagangan hari ini. Beban kinerja IHSG salahsatunya dipicu oleh melemahnya Rupiah. Disisi lain, harga emas alami tekanan dikisaran $2.913 per ons troy, atau sekitar 1.54 juta per gram,” tutupnya. KMC