KINERJA bursa saham di akhir pekan ditutup di teritori negatif. Walau demikian IHSG sendiri mampu menorehkan kinerja yang cukup bagus di dua hari perdagangan sebelumnya.
Meskipun terlihat IHSG bergerak anomali, dibandingkan dengan kinerja sejumlah bursa di asia lainnya pada pekan ini. Pada hari ini IHSG ditutup melemah 0.43% di level 6.915,72.
Sementara itu, kinerja mata uang rupiah terhadap US Dolar menguat signifikan selema perdagangan di pekan ini. Mata uang Rupiah pada hari rabu yang sempat diperdagangkan di kisaran level Rp14.841 per US Dolar, pada akhir pekan ini kembali menguat dan diperdagangkan dikisaran Rp14.675 per US Dolarnya. Disisi lain, harga emas mengalami tekanan dan diperdagangkan dikisaran $1.981 per ons troy nya, atau sekitar Rp937 ribu per gram.
Jika melihat akumulasi sentimen yang terjadi selama perdagangan pekan ini. Ada beberapa sentimen buruk yang datangnya dari AS. Diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi AS yang melambat dan lebih buruk dari perkiraan sebelumnya, ancaman gagal bayar hutang di AS, rontoknya saham First Republic Bank, hingga ekspektasi terkait dengan kebijakan bunga acuan yang akan diambil Bank Sentral AS.
Semua sentimen dari AS tersebut pada dasarnya memang akan menekan kinerja US Dolar, dan sangat menguntungkan bagi mata uang Rupiah. Akan tetapi pelaku pasar masih terus mencermati bagaimana nantinya kebijakan suku bunga Bank Sentral AS. Serta bagaimana sikap Bank Sentral tersebut dalam menyikapi dinamika ekonomi AS yang diambang resesi saat ini.
Dengan sejumlah isu yang berkembang tersebut, sejauh ini pelaku pasar masih kebingungan dalam memproyeksikan bagaimana Bank Sentral AS nantinya mensiasati tantangan perkembangan ekonomi yang terus memburuk belakangan ini. Dan kebingungan yang terjadi saat ini menurut hemat saya telah memicu keputusan investasi yang cenderung lebih spekulatif.
Dari beberapa kabar buruk terkait ekonomi di sejumlah Negara besar, lebih memberikan ancaman kepada kinerja IHSG atau pasar saham. Disisi lain bisa menjadi kabar baik bagi rupiah dan harga emas. Namun untuk saat ini semua sentimennya masih bergerak liar. Sehingga keputusan investasi yang diambil saat ini bisa sangat merugikan nantinya.(Penulis: Gunawan Benjamin, Pengamat Ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara)