Jenazah Feri Simanjuntak Korban Oknum Polisi ‘Koboy’ Tiba di Rumah Duka

oleh

Ayah: Almarhum Tulang Punggung Keluarga

MEDAN-koranmonitor | Jasad korban penembakan ‘ala koboy’ oleh oknum polisi Bripka CS, almarhum Feri Saut Simanjuntak tiba di rumah duka Jalan Krakatau Almunium 1, Gang Asbes, Kecamatan Medan Deli, Jumat (26/2/2021) sekira pukul 10.15 WIB.

Jenazah datang dengan mobil ambulance milik kepolisian. Pengawalan ketat dari pihak kepolisian terlihat saat mengiringi jenazah, hingga sampai ke rumah duka.

Mendengar suara sirine ambulan, pihak keluarga dan pelayat yang sudah menunggu langsung menangis. Begitu melihat peti mati diturunkan, pihak keluarga langsung histeris menangis.

Sejumlah warga kemudian saling membantu mengangkat peti masuk ke rumah duka. Pihak kepolisian juga terlihat melakukan penjagaan di sekitar lokasi tersebut.

Menurut keluarga, korban Feri Saut Simanjuntak (31) sudah lima tahun merantau. Dia merupakan tulang punggung bagi pihak keluarga.

Ayah korban, Mula Simanjuntak mengaku, sejak merantau, Feri selalu membantu perekonomian keluarganya.

“Ini (Almarhum Feri-red) adalah tulang punggung kami,” sebutnya di rumah duka.

Jenazah Feri Saut Simanjuntak tiba dirumah duka

Kata Mula, anak keempatnya ini sudah lima tahun merantau. Awalnya, Feri merantau ke Kota Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu.

“Di sana (Labuhanbatu) almarhum bekerja sebagai tukang stainlis membuat tangga dan kanopi,” sebutnya.

Setelah beberapa bulan kerja, Feri kemudian bertemu dengan seorang pria yang berprofesi sebagai pemborong. “Dibawa ke Kota Tanggerang bekerja di rumah sakit,” ungkapnya.

Namun, sambung Mula, anaknya itu tidak lama bekerja di Tanggerang. Feri sempat menganggur lama untuk mendapatkan pekerjaan barunya. “Sempat menganggur,” lirihnya.

Namun pada tahun 2020, tepatnya sebelum pandemi Covid-19, anaknya mendapat kerja di Kafe RM Cengkareng Jakarta Pusat. “Di situlah dia bekerja sampai meninggal,” sesalnya.

Mula Simanjuntak mengaku terakhir bertemu dengan anaknya itu saat pergantian tahun baru 2020.

“Dia (anak saya) merantau 5 tahun. Komunikasi (bertemu) terakhir saat tahun baru,” aku Mula.

Selama 5 tahun merantau, Feri hanya sekali pulang ke rumahnya di Medan. Kepulangannya karena dipaksa kakaknya.

“Kakaknya bilang, pulanglah lihat bapak (orangtua) kita sedang sakit,” kenangnya.

Feri terpaksa pulang untuk melihat ayahnya. “Karena dua tahun lalu abangnya meninggal hanya lihat dari video call saja,” ujar dia.

Saat di Medan, hanya tiga hari saja. Selain melihat kondisi ayahnya, korban menyempatkan diri berziarah ke makam ibu dan abangnya.

“Setelah dia balik ke Jakarta, tidak ada lagi komunikasi hingga meninggal dunia,” ujarnya.

Untuk diketahui, motif peristiwa berdarah itu berawal saat pelaku Bripka CS usai minum di Cafe RM Cengkareng Jakarta Barat.

Pelayan cafe memberikannya tagihan hingga mencapai Rp3,3 juta. Pelaku tak menerima hal tersebut, dan terjadilah cekcok.

Petugas keamanan lalu menghampiri pelaku yang sedang ribut dengan pelayan. Tapi, pelaku mengeluarkan pistol dan menembak petugas keamanan cafe, kasir, dan salah satu bartender yang merupakan Feri Saut Simanjuntak. Ketiganya tewas di lokasi.KM-vh