Riwayatmu Kini dan Sejarah Pantai Perupuk Kec. Lima Puluh, Batubara

oleh -163 views

BATUBARA | Sejarah pendaratan Dai Nippon (bala tentara Jepang) tidak terpisahkan dari Pantai Perupuk Kec. Lima Puluh Kab. Batubara yang lebih dikenal dengan sebutan Pantai Sejarah.

Pantai tersebut adalah tempat pendaratan pertama bala tentara Dai Nippon tahun 1941 di Pulau Sumatera.

Di pantai tersebut dahulu dibangun bunker panjang sebagai tempat bala tentara Jepang saat mendarat. Peninggalan bunker Jepang yang dibangun Jepang tersebut masih terlihat di sisi jalan Perupuk.

Keasrian pantai sejarah di Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh yang dulunya terkenal di Sumatera Utara dengan pasir yang halus dan putih, kini riwayatnya mengenaskan.

Sebab selain bibir pantai yang kian terkikis abrasi, kondisi salah satu pantai kenamaan di era Asahan itu kini terkesan kumuh.

Pasir putih yang dulunya terbentang luas kini berubah menjadi hamparan lumpur menjadi sarang ikan tembakul.

Dampaknya, lokasi objek wisata di Lima Puluh itupun semakin kurang diminati pengunjung. Lokasi pantai kian menyempit, lesehan tempat duduk pengunjung juga terkesan tak naik kelas.

Keengganan pengungjung sepertinya semakin bertambah lantaran berdirinya kantor pemerintah daerah persis di tepi pantai itu.

Salah seorang warga di lokasi pantai yang enggan namanya dipublikkasikan kepada wartawan, Selasa (8/1/2019) membenarkan kini pantai tersebut sepi pengunjung.

“Sekarang uda jarang pengunjung. Kalau dulu hampir disetiap hari libur ramai bahkan sempat beberapa kali kedatangan artis ibukota”, katanya.

Menurut dia, untuk dapat menarik minat pengunjung, pantai sejarah perlu sentuhan tangan pemerintah dengan melakukan pemugaran serta terus menjaga kelestarian pantai.

Pantai Perupuk Kec. Lima Puluh, Kab. Batubara

“Jangan macam gadis tua, sudah tua tak pula bersolek”, celetuk Rahmat Hidayat saat berkunjung ke pantai tersebut.

Pantauan wartawan, lokasi pantai tampak sepi bahkan warung-warung yang menjadi tempat usaha maayarakat nyaris kosong.

Dibibir pantai hanya terlihat sejumlah sampan kecil para nelayan yang digunakan mengais rezeki. Sedangkan disudut pantai dijadikan tempat perdagangan hasil tangkapan para nelayan.

Mirisnya, di bibir pantai berlumpur tersebut berdiri belasan pondok yang diduga menjadi tempat ‘kitik-kitik’ (esek-esek). Pondok-pondok tersebut mengarah ke laut namun bertiraikan hutan bakau sehingga tidak terlihat aktifitas didalamnya.KM-eps/dol