Anak Penderita Hidrocepalus di Desa Purwodadi Kec Sunggal, Butuh Uluran Tangan

oleh

MEDAN | Ahmad Farid, anak lelaki usia 6 tahun dari pasangan Anisa 47) dan Siswanto (52), sejak lahir terpaksa terus terbaring ditempat tidur. Seyogyanya, anak seusia itu disibukkan dengan bermain dengan teman-temannya.

Takdir memutuskan, Ahmad Faris yang tidak bisa melihat, masih diberi pendengaran. Ia (Faris) selalu merespon dengan pendengarannya setiap ada yang datang memberikan rezeki (bantuan) kepadanya.

Ibu Faris, Anisa mengatakan kondisi Faris sudah terjadi sejak ia di lahirkan pada 11 Maret 2013 lalu, melalui proses operasi. Dokter sudah menyatakan Faris memiliki kelainan pada kepalanya. Itu terlihat karena bentuk kepalanya berbeda dengan anak yang baru lahir pada umumnya. Dan langsung keluarga disarankan dokter untuk membawa Faris ke Rumah Sakit Adam Malik.

“Namun, karena dalam 4 hari dirawat di RS Adam Malik tidak ada penanganan. Dan berhubung saya dan suami juga mau kerja, akhirnya Faris kami bawa pulang ke rumah,” kata Anisa, Jumat (28/12/2018) kepada Sejumlah jurnalis dari Medan saat mengunjungi Faris.

Nisa mengakui, saat mengetahui anaknya mengalami kelainan, ia sangat terkejut dan perasaannya bercampur baur. Nisa sangat sedih, dan sempat putus asa. Namun, ia menyadari, ini ujian dari Tuhan, Nisa meminta kepada Tuhan untuk memberikannya kekuatan dan limpahan rezeki untuk bisa merawat Faris.

“Awal hamilnya tidak ada merasakan apa-apa, namun ada hal yang berbeda yaitu setiap memasuki senja (Maghrib), saya setiap hari menyapu dan sisiran di luar rumah. Dan kemudian saya juga tidur di luar rumah,” jelasnya sembari menunjuk beranda yang letaknya di luar rumah.

Nisa dan Siswanto yang menempati rumah sewa di Jalan Suripno, Desa Purwodadi, Dusun 11 Ladang Baru, Gang Pinang, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang, saat ini terus memberikan perawatan terbaik buat Faris. Kendatipun keduanya tidak memiliki pekerjaan yang layak.

“Saya saat ini bekerja sebagai pembantu rumah tangga di perumahan, dan suami saya tidak bekerja lagi karena sudah sakit-sakitan juga, jadi lebih sering di rumah bersama Faris,” katanya lagi dengan raut wajah menahan tangis.

Dikatakanya, Faris anak bungsu dari 9 anaknya ini sempat dua kali hendak dioperasi, namun jalan terbaik ia memutuskan untuk merawatnya di rumah saja. Karena ia tidak siap melihat kondisi Faris, harus menjalani operasi.

Kedatangan sejumlah anak muda peduli kemanusiaan tersebut, setidaknya memberi sedikit kebahagian bagi Nisa. Nisa menilai dengan kedatangan untuk menjenguk Faris adalah bentuk peduli dengan anaknya dan ia mengucapkan terima kasih atas kunjungan dan telah memberi bantuan kepada anak istimewanya itu.

Dalam kesempatan itu, Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Medan, Erie Prasetyo mengatakan, sangat mengapresiasi inisiatif dan kepedulian teman-teman wartawan terhadap Faris. Ini dikatakanya merupakan aksi solidaritas dari sisi kemanusiaan.

“Mungkin lewat pemberitaan nantinya, teman-teman wartawan bisa menceritakan kisah Faris dan keluarga. Ini juga kewajiban bagi kami para insan pers. Saya juga sangat bangga kepada teman-teman wartawan yang antusias untuk membesuk Faris. Beberapa rekan selain dari insan pers juga ikut dalam aksi kemanusian ini. Saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut membantu,” kata Erie Prasetyo

Erie juga bersyukur, pihak keluarga menyambut baik para jurnalis yang membesuk Faris. “Alhamdulillah, pihak keluarga menyambut baik kami para wartawan yang membesuk Fariz. Kita doakan Fariz lekas sembuh dan keluarga tetap semangat,” tandasnya. Red