Rupiah dan IHSG Diproyeksikan Melemah Setelah Libur Panjang Idul Fitri

oleh -10 views

koranmonitor – MEDAN | Pengamat keuangan Gunawan Benjamin mengatakan, kinerja IHSG di awal pekan diproyeksikan akan berada di zona merah.

Dari sisi eksternal, selama libur panjang lebaran kinerja pasar saham di kawasan asia terpantau bergerak sideways, namun cenderung berada di zona merah pada pada perdagangan jelang penutupan akhir pekan.

“Setelah rilis data inflasi AS membukukan angka yang lebih buruk dari ekspektasi pasar,” sebutnya melalui keterangan tertulis diterima koranmonitor.com, Minggu (14/4/2024).

Ditambah lagi, meningkatnya tensi geopolitik di timur tengah telah memicu kekuatiran akan tekanan pasar yang lebih besar. Yang belakangan ini telah memicu terjadinya kenaikan harga minak mentah dunia ke level $86 per barelnya. IHSG sendiri dalam sepekan ke depan diproyeksikan akan berada dalam rentang harga 7.130 hingga 7.250.

Selain IHSG, katanya, mata uang rupiah juga diproyeksikan melemah di pekan depan. “Dari hasil pemantauan kinerja pasar keuangan di luar, mata uang Rupiah terlihat mengalami pelemahan terhadap US Dolar dan angkanya berada di level Rp16.000 per US Dolar selama perayaan idul fitri,” ujarnya.

Meskipun harga tersebut belum mencerminkan sisi permintaan, dan persediaan atau transaksi yang terjadi di pasar uang tanah air. Karena pasar keuangan kita masih libur.

Jadi harga Rp16.000 itu masih mengindikasikan bahwa ada potensi Rupiah melemah. Namun bukan tidak mungkin rupiah justru bergerak dibawahnya, atau memang melemah. “Dan saya menilai data inflasi AS yang justru lebih tinggi dari ekspektasi sebelumnya, telah mendorong peningkatan imbal hasil US Treasury 10 tahun di atas 4.5% yang pada akhirnya membuat US Dolar menguat dan menekan mata uang lain termasuk Rupiah,” ujarnya.

Dimana inflasi inti AS kembali naik menjadi 3.8% di bulan maret (YoY), atau lebih tinggi dari ekspektasi sebelumnya di level 3.7%. Sementara itu, laju tekanan inflasi secara keseluruhan naik menjadi 3.5% YoY, lebih tinggi dari ekspektasi sebelumnya 3.4%. Laju tekanan inflasi AS masih dibawah harapan Bank Sentral, ditambah lagi dengan sektor ketenagakerjaan AS yang justru membaik belakangan ini.

Ditambah lagi The FED atau Bank Sentral AS sejauh ini membutuhkan laju inflasi yang benar-benar menuju ke angka 2%. Namun realisasi inflasi AS di pekan kemarin menunjukan, The FED belum sepenuhnya mendapatkan sinyal penurunan inflasi yang ditunggu. The FED kian jauh dari kemungkinan pemangkasan bunga acuan dalam waktu dekat.

Disisi lain, harga emas dunia selama libur panjang kemarin juga terpantau mengalami pelemahan. Harga emas melemah dikisaran $2.340 per ons troy nya. Tekanan pada harga emas juga dipicu oleh memburuknya angka inflasi. Walaupun disisi lainnya perang Iran – Israel akan menambah resiko investasi, dan emas masih pengecualian karena diuntungkan dengan perang itu sendiri. KM-red