PSMS mempunyai hubungan yang sangat erat dengan grup band legendaris era 60 an hingga 80 an asal Medan The Mercys. Banyak kisah yang menunjukkan betapa besar cinta The Mercys untuk PSMS.
Selain dari sumber – sumber tertulis seperti tulisan di beberapa media massa, liputan TVRI ketika mewawancarai personil The Mercys dsb saya mendapatkan kisah kedekatan PSMS dengan The Mercys, ketika saya berdiskusi dengan Kiper legendaris PSMS dan Timnas Indonesia Ronny Pasla.
Di awal berdirinya pada era 50 an James Harahap ayah dari Rinto Harahap dan Erwin Harahap adalah salah satu pengurus PSMS Medan. Keterlibatannya di PSMS adalah karena ajakan sahabatnya yang menjadi manajer PSMS Muslim Harahap. Kelak ketika Muslim harahap menjadi Ketua Umum PSMS, James Harahap juga turut menjadi pengurus PSMS.
James Harahap bersama sahabatnya Muslim Harahap dan Ismail Harahap adalah 3 pemuda lulusan HBS Medan, yang pada 1938 melanjutkan pendidikan mereka ke Batavia. Di Batavia Ismail Harahap masuk sekolah Apoteker, sedangkan Djames Harahap dan Muslim Harahap sama-sama masuk di sekolah ekonomi.
Setelah lulus kuliah, Ismail Harahap ditempatkan di Surabaya. Sementara James Harahap ditempatkan di Sibolga dan Muslim Harahap ditempatkan di Medan sebagai pegawai bank.
Kelak Muslim Harahap dan James Harahap kembali bertemu ketika sama – sama berkantor di BNI Medan.Kemudian James harahap bergabung dengan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (kini Bank Sumut) dan sempat menjadi direktur pada awal pendiriannya.
Sedangkan Ismail Harahap tetap bermukim di Surabaya dan membuka sebuah apotik ternama di Surabaya yaitu Apotik Kali Asin. Ismail Harahap kemudian menikah dengan wanita berdarah Prancis bernama Fransiena Frederika Mahieu. Dari pernikahan ini lahirlah seorang anak yang kelak menjadi salah satu rocker legendaris Indonesia, yaitu Andalas Datoe Oloan Harahap alias Ucok Harahap.
Kecintaan James Harahap kepada sepakbola kemudian menurun kepada kedua putranya yaitu, Erwin Harahap dan Rinto Harahap.
Mereka mengenal sepakbola ketika mereka masih tinggal di kawasan Hayam Wuruk Medan, dan secara kebetulan di belakang rumah mereka ada lapangan bola yang berada di Jl. Petula Medan. Kelak dari lapangan ini pula Kiper PSMS Jr di Suratin Cup 1980 Eddy Harto mengenal sepakbola.
Ketika Erwin dan Rinto Harahap bersekolah di Methodist Medan, keduanya sempat menjadi bintang remaja yang menonjol di sepakbola. Keduanya kerap membawa sekolah Methodist menjuarai turanamen sepakbola pelajar.
Erwin dan Rinto Harahap bahkan sempat memperkuat klub anggota PSMS yaitu Putra Harapan Medan, yang dan ikut turnamen yang merupakan seleksi untuk memperkuat PSMS Jr untuk Suratin Cup 1967. Sayang mereka gagal untuk memperkuat PSMS Jr waktu itu.
Rinto Harahap yang saat itu merupakan striker muda berbakat akhirnya harus melupakan dunia sepakbola, setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Bersama abangnya Erwin Harahap mereka kemudian mulai fokus menekuni bakat mereka yang lain yaitu musik.
Charles Hutagalung sendiri pada masa SMA di Medan pernah membentuk band remaja. Dan salah satu personil band tersebut adalah sahabat baiknya yang kelak menjadi salah satu legenda PSMS, yaitu Wibisono.
Erwin Harahap dan adiknya Rinto Harahap sendiri bersahabat baik dengan bintang – bintang PSMS seperti Ronny Pasla, Wibisono, Sarman Panggabean, Tumsila dll.
Kelak Erwin Harahap bersama Rinto Harahap, Charles Hutagalung, Rizal Arsyad dan Reynold Panggabean mendirikan grup band The Mercys. Di sela – sela kesibukan mereka bersama Mercys mereka kerap menonton PSMS di Stadion Teladan, maupun ketika berlatih di Stadion Kebun Bunga Medan.
Pada tahun 1971 The Mercys pindah ke Jakarta dan mulai meniti karirnya sebagai salah satu grup band papan atas di Indonesia. Walau begitu di sela- sela kesibukan mereka di musik personil The Mercys kerap menyaksikan aksi PSMS, ketika berlaga di Stadion Menteng dan Stadion Utama Senayan Jakarta.
Bahkan personil The Mercys pun kerap menemui sahabat – sahabat mereka di PSMS di hotel tempat mereka menginap di Jakarta, dan bercengkrama bersama dalam suasana penuh keakraban.
Bukti kecintaan mereka untuk PSMS tampak ketika Reynold Panggabean bersama Rinto Harahap menciptakan “Lagu Untuk PSMS”, yang dinyanyikan oleh The Mercys.Lagu ini kian populer pada era 80 an ketika dinyanyikan oleh Sattabi Grup yang personelnya adalah Eddy Silitonga, Dion Hutabarat, Meyer Hutabarat, Victor Hutabarat, Yan Berlin Panjaitan dan Selamat Tarihoran.
Lagu Untuk PSMS inipun menjadi kian populer ketika PSMS Medan menjadi Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI pada 1983 dan 1985. Lagu inipun menjadi lagu wajib yang berkumandang di Stadion Teladan Medan saat PSMS bertanding.
Rinto Harahap sendiri menjelang Final Divisi Utama Perserikatan 1985 antara PSMS dengan Persib, sempat menulis syair untuk PSMS yang diambil dari lirik lagu Melayu yang didendangkannya bersama The Mercys “Bunga Tanjung”
“Harum baumu si bunga tanjung/Harumnya sampai melintasi gunung/Hijau bajumu si abang sayang/Tak luntur walau di seberang” itulah penggalan syair tersebut. Syair itu ditulis oleh Rinto Harahap untuk mengobarkan semangat PSMS jelang laga melawan Persib pada 23 Februari 1985.
Syair itu sekaligus pengobat rasa kecewa Rinto Harahap yang tak bisa masuk ke Stadion Utama Senayan Jakarta untuk menonton laga Final yang ditonton oleh 150.000 penonton tersebut akibat berjejalnya penonton yang hadir.
Begitu PSMS memastikan diri menjadi Juara setelah menaklukkan Persib,Rinto Harahap pun meluapkan kegembiraannya bersama warga perantau asal Medan dan Sumut yang menonton pertandingan tersebut di TVRI.
Begitu besar kecintaan para personil The Mercys kepada PSMS Medan.Bahkan hingga kini di Jakarta Ronny Pasla kerap berkumpul bersama sahabat baiknya 2 personel The Mercys yang masih ada yaitu Erwin Harahap dan Reynold Panggabean.
Itulah kisah yang menunjukkan kuatnya ikatan bathin antara personil The Mercys dengan PSMS Medan.
Sebuah kisah yang cukup menarik dari sejarah perjalanan PSMS dan The Mercys di persepakbolaan dan dunia musik Indonesia. (Ditulis oleh: Indra Efendi Rangkuti)